Kamis 30 Jul 2015 20:08 WIB

Laba Bersih BNI Turun 50 Persen di Semester I-2015

Rep: Binti Sholikah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Suasana transaksi keuangan di Banking Hall, Bank BNI, Jakarta, Senin (7/7).
Foto: Adhi Wicaksono/Republika
Suasana transaksi keuangan di Banking Hall, Bank BNI, Jakarta, Senin (7/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk pada Semester I 2015 membukukan penurunan laba bersih mencapai 50 persen (yoy). Laba bersih tercatat sebesar Rp 2,43 triliun dibandingkan semester I-2014 sebesar Rp 4,93 triliun.

Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan, penurunan laba bersih karena manajemen BNI mengambil kebijakan antisipatif dengan melipatgandakan pencadangan atau provisi. Sebab, kondisi makro yang sepenuhnya belum sesuai yang diharapkan, seperti pertumbuhan GDP melambat, konsumsi masyarakat menurun, ekspor menurun, belanja pemerintah belum maksimal, bisnis komoditas (tambang dan CPO) belum pulih.

Provisi ditingkatkan 172,2 persen atau hampir tiga kali lipat. Coverage Ratio-nya dinaikan dari 128,9 persen menjadi 138,8 persen atau mencapai coverage ratio BNI tertinggi selama ini. " Konsekuensinya, karena diambil untuk provisi, laba bersih semester I ini harus berkurang hingga 50 persen," jelasnya dalam paparan kinerja di Wisma BNI Jakarta, Kamis (30/7).

Menurutnya, kebijakan meningkatkan provisi dilakukan agar BNI memiliki fundamental keuangan yang lebih solid menghadapi turbulensi ekonomi di masa mendatang. BNI telah mereview seluruh debitur korporasi dan menengah untuk melihat dampak perekonomian terhadap bisnis mereka.

Baiquni menjelaskan, pada 2014, laba bersih BNI masih tercatat di angka Rp 10,14 triliun. Pertumbuhan laba diperkirakan mencapai 10 persen pada akhir 2015. Namun, melihat kondisi makroekonomi, target pertumbuhan laba direvisi. "Kurang lebih secara year on year kemungkinan akan terjadi penurunan 10-20 persen," imbuhnya.

Pendapatan bunga bersih (Net Interest Income) tercatat sebesar Rp 12,3 triliun atau naik 14,0 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 10,8 triliun. Menurutnya, pertumbuhan NII terutama didukung naiknya pendapatan bunga sebesar 13,8 persen dari Rp 15,5 triliun menjadi Rp 17,7 triliun. Sementara pendapatan non bunga (non interest income) tumbuh 2,0 persen (yoy) menjadi Rp 4,28 triliun dibandingkan Rp 4,20 triliun dari semester I-2014.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement