REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak turun lebih dari 1 persen pada Senin setelah Amerika Serikat dan lima negara lainnya mencapai kesepakatan nuklir dengan Teheran. Kesepakatan itu disinyalir dapat membawa ratusan juta barel tambahan minyak mentah ke pasar sehingga kelebihan pasokan.
Penurunan hampir 4 persen pada harga bensin juga menekan minyak mentah. Kondisi Yunani yang ditalangi (bailout) sebesar 86 miliar dolar AS oleh kreditur internasional dinilai memiliki dampak positif kecil terhadap harga minyak. Meskipun krisis Yunani telah menjadi salah satu faktor yang paling serius menekan pasar dalam dua pekan terakhir.
Brent berjangka, patokan global untuk minyak mentah, turun 88 sen atau 1,5 persen menjadi 57,85 dolar AS per barel. Harga minyak berjangka AS turun 54 sen atau 1 persen, lebih rendah pada 52,20 dolar AS per barel.
Minyak mentah jatuh hampir 2 dolar AS per barel sebelumnya pada Senin menyusul spekulasi Iran dan kekuatan dunia yang siap untuk mengumumkan kesepakatan nuklir. Hal itu diperkirakan bisa mengangkat sanksi Barat terhadap ekspor minyak Iran.
Dikutip dari Reuters, Selasa (14/7), Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan, kedua belah pihak tidak akan mampu menyelesaikan pembicaraan mereka pada Senin, yang secara singkat mendorong harga minyak mentah lebih tinggi. Pasar jatuh kembali setelah Gedung Putih mengatakan negosiasi akan berlanjut sampai kesepakatan akhir tercapai pada program nuklir Iran.
"Ada indikasi kedua belah pihak ingin kesepakatan, dan itu menyebabkan minyak diobral," kata David Thompson, wakil presiden eksekutif di Powerhouse, broker komoditas di Washington yang mengkhususkan diri dalam energi.
Bank of Amerika Merril Lynch mengatakan harga minyak mentah AS bisa segera drop di bawah 50 dolar AS per barel pada kuartal III-2015. Commerzbank mengatakan memproyeksikan penurunan di bawah 55 dolar AS per barel untuk Brent dan di bawah 50 dolar AS per barel untuk minyak mentah AS.