REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan sangat wajar apabila pemerintah kembali merevisi pertumbuhan ekonomi. Menurut dia, ekonomi tahun ini memang sulit untuk tumbuh tinggi.
"Hampir semua negara merevisi ke bawah pertumbuhannya. Bahkan, ekonomi global juga direvisi pertumbuhannya dari 3 persen lebih ke 2,9 persen," kata Sofyan di kantornya, Jumat (3/7).
Dengan melemahnya ekonomi global, kata Sofyan, sangat berimbas bagi perekonomian Indonesia. Khususnya mengenai kinerja ekspor.
Ekspor Indonesia akan turun karena melemahnya perekonomian mitra dagang utama seperti Cina. Selain itu, harga komoditas juga masih rendah.
"Faktor eksternal seperti ini tidak bisa kita kontrol. Ekspor menurun karena permintaan dari negara tujuan ekspor berkurang akibat melemahnya perekonomian," ujar Sofyan.
Di tengah kondisi eksternal yang sulit seperti ini, pemerintah akan terus berupaya untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi yang berasal dari faktor dalam negeri. Misalnya mengejar peningkatan penyerapan anggaran, khususnya yang terkait belanja infrastruktur. Kemudian terus mengundang masuknya investasi.
Seperti diketahui, pemerintah lagi-lagi merevisi pertumbuhan ekonomi tahun ini. Setelah sebelumnya merevisi pertumbuhan dari 5,7 persen ke 5,4 persen, kali ini pemerintah hanya yakin pertumbuhan ekonomi mentok di angka 5,2 persen.
"Revisi pertumbuhan ke 5,2 persen supaya lebih realistis," kata Sofyan.