REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengaku tetap berpikir positif, meski ada desakan perombakan kabinet khususnya terkait kinerja menteri-menteri ekonomi.
"Saya menyikapi positif saja, perkembangan yang ada. Kalaupun Presiden Jokowi melakukan pertemuan dengan para pengamat, ekonom, itu wajar saja, untuk meminta masukan terkait situasi ekonomi nasional dan lainnya," katanya di Beijing, Senin (29/6) malam.
Menteri Keuangan Bambang berada di Beijing untuk melakukan penandatanganan pendirian AIIB dan rangkaian pertemuan bilateral. Indonesia bersama 56 negara pendiri Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) pimpinan Tiongkok menandatangani pasal-pasal mengenai asosiasi pendirian lembaga baru itu, di Balai Agung Rakyat, Beijing.
Menkeu menuturkan, jika kinerja menteri ekonomi dianggap belum maksimal harus dilihat secara luas, tidak sekadar pada satu alasan saja. "Situasi ekonomi kita memang melemah, rupiah tertekan, tapi itu kan tidak semata karena situasi dalam negeri, ada situasi global yang tidak bisa kita prediksi secara tepat, karena dinamikanya juga tinggi," katanya.
Pertumbuhan ekonomi 4,7 persen, itu masih lebih tinggi dibandingkan negara lain dalam situasi ekonomi global saat ini. "Memang dibandingkan periode sebelumnya tingkat pertumbuhan 4,7 persen itu lebih rendah, tapi itu masih lebih realistis. Cina sebagai kekuatan ekonomi kedua terbesar dua saja, beberapa kali melakukan pemotongan tingkat suku bunga, karena situasi global memang tidak mudah diprediksi," tutur Bambang.
Ia menambahkan tentang situasi di Yunani yang sampai sekarang belum jelas. Itu mempengaruhi situasi ekonomi dan finansial global, termasuk di Indonesia. "Jadi tidak semata, kinerja dilihat dari satu sisi, harus dilihat lebih luas. Tapi kalau ada perombakan kabinet, ya saya tetap positif saja," kata Bambang.