Jumat 26 Jun 2015 22:04 WIB

IDB Group Alokasikan 5 Miliar Dolar AS untuk Indonesia

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Djibril Muhammad
Islamic Development Bank (IDB).
Foto: Alarabiya.net
Islamic Development Bank (IDB).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Pembangunan Islam (IDB) Group mengalokasikan lima miliar dolar AS dalam rancangan strategi kemitraan negara anggota (MCPS) 2015-2019 untuk Indonesia. Dana ini dialokasikan untuk sektor yang jadi fokus pembangunan nasional.

Direktur Country Programs Department IDB HQ Jeddah Mohammad Jamal Alsaati menyatakan, IDB Group alokasikan miliar dolar AS untuk MCPS ke dua ini.

Jumlahnya bisa bertambah sesuai kebutuhan. Penggunaannya pun akan disesuaikan sektor prioritas Indonesia, baik oleh pemerintah maupun swasta.

"Lima miliar dolar AS ini indikatif, bukan kesepakatan. Jumlah akhir penggunaannya akan bergantung pada program dan prioritas Indonesia," ungkap Alsaati usai rapat penyusunan MCPS 2015-2019 bersama Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Jumat (26/6).

Dengan berjalannya waktu, kata Alsaati, prioritas bisa berubah karena satu dua hal. IDB Group akan menyesuaikan juga dengan kebutuhan Indonesia.

Karena menggunakan sistem keuangan Islam, IDB Group tidak menggunakan bunga untuk pembiayaan komersil, ada biaya jasa atau biaya dana (cost of fund). Dibentuk dari banyak anggota negara Organisasi Kerja sama Islam (OIC), IDB Group, kata Alsaati, tidak hadir untuk mencetak laba tapi bisa tumbuh berkelanjutan.

IDB Group menawarkan tiga pendekatan pembiayaan untuk program dan sektor yang berbeda. Meski tak besar, IDB Group menyedikan dana hibah (grant) untuk pengembangan kapasitas SDM ilmu pengetahuan. Alsaati mengungkapkan ini akan ada dalam MCPS 2015-2019.

Untuk proyek sosial seperti edukasi dan pengembangan komunitas, mekanisme pembiayaannya bisa menggunakan mekanisme konsesi (concession finance) tanpa biaya dana dan hanya pokok biaya yang dikembalikan.

"Biaya transpor tenaga yang meninjau dikeluarkan dari penerima dana, itu pun hanya sepanjang proyek berjalan," kata Alsaati.

Sementara untuk sektor produktif seperti infrastruktur, pembiayaan yang ditawarkan adalah pembiayaan biasa dengan biaya dana dan hitungan bagi hasil. Besaran biaya dana dan bagi hasil tergantung proyek serta akan dievaluasi tiap enam bulan.

Saat ini, IDB Group memberi plafon pembiayaan hingga 250 dolar juta AS per proyek. Jumlah itu berkali lipat dibanding plafon pembiayaan maksimal 10 tahun lalu sebesar 35 juta dolar AS. Tenor pembiayaan berkisar 10-15 tahun.

Dalam MCPS ke dua ini, beberapa sektor prioritas Indonesia-IDB antara lain keuangan Islam, zakat dan wakaf, kerja sama Selatan-Selatan dan triangular, kerja sama publik dan swasta, serta infrastruktur dan pendidikan tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement