Senin 22 Jun 2015 23:28 WIB

BPDP Sawit Siap Subsidi Biodiesel

Biodiesel (ilustrasi)
Foto: olipresses.net
Biodiesel (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP) Sawit pada 2015-2016 akan memberikan subsidi kepada harga jual biodiesel B10-B15 untuk meningkatkan konsumsi di dalam negeri.

 

Direktur Utama BPDP Sawit Bayu Krisnamurthi menegaskan, mekanisme pemberian subsidi terebut akan sama dengan pemberikan subsidi kepada BBM fosil yaitu kepada konsumen bukan kepada produsen.

 

“Kita akan berikan subsidi kepada harga jual B10-B15 kepada konsumen sehingga konsumsi dalam negeri bisa meningkat,” tegasnya, Senin (22/6).

 

Selain memberikan subsidi kepada konsumen, menurut Bayu, BPDP sawit juga akan mewajibkan provider BBM untuk menjual biodiesel sehingga diharapkan seluruh SPBU di Indonesia bisa memenuhi kebutuhan konsumen.

 

“Kita akan wajibkan semua provider beli B10-B15 jadi nantinya seluruh SPBU ada pasokan itu,” tambah Bayu.

 

Guna memuluskan rencana tersebut, BPBD Sawit rencananya akan mengadakan pertemuan regular dengan para pelaku industri terkait sehingga ketergantungan akan bahan bakar fosil bisa terus dikurangi.

“Perlahan tapi pasti kita akan tingkatkan konsumsi BBN dan mengurangi konsumi BBM fosil,” katanya.

 

Bayu juga memastikan lembaga yang dimpinnya akan memberikan perhatian yang sangat serius terhadap pengembangan bahan bakar nabati yang berasal dari sawit.

“Penyaluran dana juga digunakan untuk mendukung program mendasar, seperti riset, pengembangan teknologi, sumber daya manusia, sarana, dan prasarana,” tambahnya.

 

Ketua Dewan Pengawas BPDP Sawit Rusman Heriawan menegaskan, dalam jangka penjang pengurangan terhadap ketergantungan BBM dari fosil akan menguntungkan Indonesia.  Ditambah lagi, biodiesel tidak akan terpengaruh dengan fluktuatif harga minyak dunia.

 

“Kalau sekarang mungkin belum bisa dirasakan manfaatnya. Bayangkan jika harga minyak dunia mengalami kenaikan kembali hingga ke level 100 dolar per barel bagaimana nasib kita,” tegas Rusman.

 

Rusman mengakui saat ini pengembangan mandatory biodiesel sangat tidak popular karena harga BBM fosilnya masih murah dipasaran dan hal itu lebih rendah dibandingkan dengan kita memasukan unsur bio didalamnya.

 

“Saat ini indeks kekinian BBM fosil masih rendah sehingga menyebabkan para pengusaha masih enggan menyembangkan bio energy. Namun kita harus berpikir dalam jangka panjang yaitu menciptakan ketahanan energi,” tambah Rusman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement