Sabtu 20 Jun 2015 13:05 WIB

Tak Punya Daya Saing, Ekspor Indonesia akan terus Menurun

Rep: c91/ Red: Satya Festiani
Pertumbuhan Tekstil dan Produk Tekstil: Karyawan merapikan kain lokal yang dijual di salah satu tokoh di Pasar Mayestik, Jakarta, Kamis (29/1).(Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pertumbuhan Tekstil dan Produk Tekstil: Karyawan merapikan kain lokal yang dijual di salah satu tokoh di Pasar Mayestik, Jakarta, Kamis (29/1).(Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID,mJAKARTA -- Ketua Asosiasi Tekstil Indonesia Ade Sudrajat tak memungkiri bila kini ekspor Indonesia menurun. Menurutnya, penurunan akan terus terjadi selama Indonesia hanya mengandalkan ekspor ke Cina, Jepang, Korea, dan India.

Ia menjelaskan, dalam lima tahun terakhir, dunia disibukkan dengan tiga mega regional blok perdagangan, yaitu Trans Pasific Partnerships (TPP) yang dimotori Amerika Serikat. Di dalamnya juga ada dua negara ASEAN yang ikut yaitu Malaysia dan Vietnam.

Blok berikutnya yakni Trans Atlantic Trade and Investment Partnership (TTIP), lalu Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). RCEP dimotori oleh Cina, Jepang, Korea, serta India.

"Indonesia dan negara ASEAN lainnya ikut bersamanya juga, ini berarti mewakili 47 persen dari penduduk dunia dengan GDP hanya 27 persen. Berbeda dengan TPP yang mewakili penduduk sekitarnya 26 persen dari penduduk dunia dengan GDP 47 persen," jelas Ade, melalui surat elektroniknya, Sabtu, (20/6).

Ia menegaskan Indonesia tak berada dalam TPP, sehingga tak heran bila ekspor Indonesia akan menurun. Ade menambahkan, Indonesia pun tak mempunyai FTA dengan blok Eropa 28, maka penurunan bakal terus terjadi jika hanya mengandalkan ekspor ke Cina, Jepang, serta negara RCEP lainnya.

"Kita tidak memiliki daya saing untuk memasuki pasar Amerika maupun Eopa karena harus membayar bea masuk antara 11 sampai 13 persen," ujarnya. Ade menyebutkan, bagi negara anggota TPP justru mendapat fasilitas 0 persen.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement