REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Ekonom Senior United Overseas Bank (UOB) Grup, Ho Woei Chen, menilai keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan pada level 7,50 persen pada Kamis (18/6) sejalan dengan konsensus dan harapan UOB. Demikian juga, suku bunga fasilitas deposito overnight (FASBI) di 5,50 persen.
"Meskipun pertumbuhan ekonomi melambat, BI memiliki sedikit ruang untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut dalam jangka pendek setelah penurunan mengejutkan sebesar 25 bps pada bulan Februari," ujarnya dalam siaran pers, Kamis (18/6).
Tingkat inflasi naik lebih tinggi ke level 7,15 persen (yoy) di bulan Mei dari 6,79 persen (yoy) di bulan April dan kemungkinan akan tetap di sekitar 7,0 persen dalam beberapa bulan ke depan. Dia juga melihat beberapa tekanan harga naik pada bulan puasa tapi inflasi akan turun di kuartal IV-2015 karena efek dasar yang tinggi.
"Dengan latar belakang ekspektasi tingkat normalisasi di AS akhir tahun ini dan tekanan depresiasi pada rupiah, kami berharap BI untuk mempertahankan suku bunga pada 7,50 persen untuk pertemuan yang akan datang," imbuhnya.
BI telah menurunkan proyeksi pertumbuhan 2015 menjadi 5,0-5,4 persen dari proyeksi sebelumnya di kisaran 5,4-5,8 persen. Proyeksi pertumbuhan UOB di kisaran 5,0 persen di bawah akhir perkiraan direvisi. Di dalam negeri, prospek pertumbuhan tetap suram setelah Indonesia ternyata di paling lambat laju pertumbuhan sejak tahun 2009 di 4,71 persen (yoy) di kuartal I-2015 dibandingkan kuartal IV-2014 sebesar 5,01 persen.
Pada kuartal II-2015, pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan tetap di bawah 5,0 persen. Dengan prospek komoditas, konsumsi swasta yang menyumbang sekitar 56 persen dari PDB akan menjadi pendorong pertumbuhan utama.
Belanja pemerintah telah dicairkan sekitar 31 persen dari target belanja pada akhir Mei dan diharapkan dapat mempercepat pada semester kedua tahun ini untuk mendongkrak laju pertumbuhan. Pemerintah diminta meningkatkan prospek di semester II-2015 dan membawa pertumbuhan setahun penuh menjadi sekitar 5,0 persen.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melonjak sejak 17 tahun pada Juni di bawah harapan tingkat normalisasi di AS. Hal itu diperparah oleh kekhawatiran pertumbuhan domestik dan permintaan dolar musiman untuk pembayaran utang.
"Kami berharap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di kisaran Rp 13.500 dan Rp 13.600 di masing-masing akhir kuartal III-2015 dan kuartal IV-2015 akhir. Prospek komoditas yang melemah lebih lanjut membebani mata uang," imbuhnya.