Rabu 17 Jun 2015 01:20 WIB

Pemerintah Diminta Beri Kelonggaran ke Industri Beriorientasi Ekspor

Rep: C84/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Pekerja memeriksa mobil-mobil yang siap di ekspor melalui pelabuhan Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta.
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja memeriksa mobil-mobil yang siap di ekspor melalui pelabuhan Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Indef Eko Listyanto mengatakan penurunan ekspor Indonesia pada Mei 2015 ini menjadi sebuah indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi di atas 4,7 persen pada kuartal kedua yang dicanangkan pemerintah belum terlihat.

"Saya melihat secara umum tanda-tanda pemulihan ekonomi untuk menuju ke pertumbuhan di atas 4,7 persen pada kuartal kedua belum kelihatan," ujar Eko kepada ROL, Selasa (16/6).

Ia menilai penurunan dari segi ekspor menjadi indikator awal jika ingin berbicara pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua. Eko melanjutkan, penyebab utama dari menurunnya ekspor Indonesia lantaran sisi pertumbuhan ekonomi global belum menunjukan adanya pemulihan.

Ia meminta pemerintah untuk melakukan kebijakan yang lebih mendukung industri-industri yang memiliki orientasi ekspor. Jika sebelumnya pemerintah menelurkan kebijakan intensif fiskal bagi para industri-industri yang berorientasi pada ekspor melalui pengurangan pajak, ia menilai pemberian kelonggaran dari sisi moneter juga perlu dilakukan.

"Seperti kredit, kalau bisa diturunkian bunganya karena akan membantu untuk devisa, nah mekanismenya bisa melalui bank sentral, bank sentral mendorong pemberian GWM (Giro Wajib Minimum) yang lebih rendah kepada bank-bank yang biayai kredit ekspor," tambah Eko.

Ia menilai, bank sentral juga harus mendukung kelonggaran karena ekspor itu memiliki kontribusi terhadap stabilitas nilai tukar melalui devisa yang dihasilkan, sehingga ia rasa perlu juga ada kebijakan GWM yang lebih longgar bagi bank-bank yang biayai industri orientasi ekspor.

Dengan adanya dukungan dari sisi fiskal dan moneter, ia mengatakan akan lebih membantu para industri yang berorientasi ekspor untuk melebarkan ekspansinya dengan mencari daerah-daerah yang memiliki pertumbuhan baik seperti menggenjot pasar AS dan India yang pertumbuhannya positif.

"Karena kan kita sebelumnya bergantung ke Cina dan Jepang, tapi karena kondisinya tak terlalu bagus ya kita harus cari tempat baru," sarannya.

Meski begitu, dalam mencari tempat tujuan eskpor yang baru, ia memperingatkan agar Indonesia tidak ekstrim dan menyarankan untuk memilih negara-negara yang menjadi mitra utama dagang yang pertumbuhannya masih cukup baik.

n c84 / Nursyamsyi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement