REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Sekretaris Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Heru Sugiarto mengatakan keberadaan puluhan burung hantu yang dijaring dari alam di daerahnya mampu menurunkan tingkat kerusakan tanaman padi dari serangan hama tikus.
"Sesuai laporan yang kami terima dari petugas penyuluh lapangan (PPL) Dinas Pertanian kerusakan tanaman padi yang disebabkan serangan hama tikus menurun hanya tinggal sekitar empat persen," katanya, Senin (15/6).
Padahal, menurut dia, tanaman padi di Kecamatan Kapas, sebelum ada burung hantu untuk tingkat kerusakan tanaman padi, yang disebabkan serangan hama tikus berkisar 20-30 persen.
"Sekarang tingkat kerusakan tanaman padi di Kecamatan Kapas, yang luasnya sekitar 3.000 hektare dengan usia berkisar 40-50 hari, semakin menurun, sebab hama tikus mulai dimangsa burung hantu," katanya.
Ia juga menjelaskan para petani di sejumlah desa di Kecamatan Kapas, membuat rumah burung hantu secara swadaya yang dipasang di tengah sawah, dengan ketinggian berkisar 6-8 meter, sejak Maret.
"Saat ini sudah ada beberapa rumah burung hantu yang dihuni sekitar 82 burung hantu. Target kami di Kecamatan Kapas, terpasang 300 rumah burung hantu, sebagai usaha melawan serangan hama tikus," jelas dia.
Ia optimistis adanya rumah burung hantu di tengah sawah itu akan mampu menjaring burung hantu yang ada di alam untuk bertempat tinggal.
"Burung hantu akan memangsa tikus yang berkeliaran di sawah," tandasnya.
Mengenai biaya pembuatan rumah burung hantu, lanjut dia, tidak mahal hanya berkisar Rp100 ribu-Rp200 ribu/rumah.
Hanya saja, lanjut dia, keberadaan rumah burung hantu itu, kalau terlalu dekat dengan permukiman warga bisa memangsa anak ayam.
"Sebagian besar rumah burung hantu yang terpasang jauh dari permukiman warga," tuturnya.
Ia mengharapkan pemanfaatan burung hantu untuk mencegah serangan hama tikus bisa ditiru daerah lainnya di luar Kecamatan Kapas.
"Mencegah serangan hama tikus dengan memasang aliran listrik, bisa membahayakan jiwa manusia," ujarnya.