Jumat 12 Jun 2015 17:14 WIB

Sumber Energi Nuklir Tinggal Tunggu Restu Jokowi

Rep: c85/ Red: Dwi Murdaningsih
 Peserta Workshop Teknologi Keselamatan PLTN berkunjung ke Reaktor Serba Guna GA Siwabessy (19/6-batan.go.id)
Foto: batan.go.id
Peserta Workshop Teknologi Keselamatan PLTN berkunjung ke Reaktor Serba Guna GA Siwabessy (19/6-batan.go.id)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menegaskan bahwa Indonesia sebetulnya sangat siap untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM Maritje Hutapea menyebut, pihaknya sebetulnya telah membuat sebuah buku putih sebagai panduan pengembangan energi nuklir di Indonesia. Bahkan, Menteri ESDM Sudirman Said telah menyetujuinya.

"Saya kira semua tahu ini bukan angan-angan, kita susun buku putih 5.000 MW dan sudah ditandatangani pak Menteri tinggal nunggu launching, kita tunggu fatwa Presiden go or not go. Kalau jalan kita jalan," ujar Maritje.

Maritje mengakui bahwa secara teknologi, Indonesia sangat siap, begitupun dengan sumber daya manusia. Bahkan hingga kini sudah terdapat permintaan dari sejumlah pemerintah daerah di Indonesia untuk menggarap proyek PLTN.

"Ada banyak permintaan dari Kalimantan, Bangka dan di luar Pulau Jawa. Kita juga nggak mau gegabah, terutama yang dikhawatirkan masyarakat terkait safety dan bisa dipertanggung jawabkan," katanya.

Maritje mengakui bahwa salah satu hambatan sampai saat ini adalah penolakan dari masyarakat yang belum paham betapa pentingnya energi nuklir. Maritje menyebut, persepsi masyarakat tentang bahaya energi nuklir harus dibarengi dengan sosialisasi.

"Tetapi namanya masyarakat Indonesia susah untuk memuaskan 250 juta. Di negara yang sudah membangun PLTN, grup yang menentang masih ada. Ini hal umum. Bahwa akan lebih banyak mendukung daripada menentang," katanya.

Hingga saat ini, lanjut Maritje, sudah ada beberapa negara yang tertarik utnuk berinvestasi dalam rencana pembangunan PLTN di Indonesia.

"Investor banyak yang datang. Ada dari Korea, Rusia. Ada 3 investor yang datang dalam sebulan," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement