Ahad 07 Jun 2015 22:11 WIB

Bunga KUR Masih Tetap Tinggi, Wajar Karena Faktor Risiko

Rep: C91/ Red: Indira Rezkisari
Dolar AS Melemah. Petugas menghitung mata uang Dolar AS di Bank Mandiri, Jakarta, Selasa (19/8). (Republika/ Wihdan).
Foto: Republika/ Wihdan
Dolar AS Melemah. Petugas menghitung mata uang Dolar AS di Bank Mandiri, Jakarta, Selasa (19/8). (Republika/ Wihdan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Turunnya bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 22 persen menjadi 21 persen dinilai masih tinggi. Meski begitu, bagi PT Bank Mandiri angka itu wajar mengingat risikonya lebih tinggi.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafaz mengatakan, bunga KUR memang lebih tinggi dibandingkan bunga Kredit Perumahan Rakyat (KPR). "Mengapa lebih tinggi karena risiko lebih tinggi, kan jaminan pelaku usaha mikronya belum ada," jelasnya, Ahad (7/6).

Ia menambahkan, pelaku usaha mikro pun belum memiliki pembukuan, sehingga mempunyai risiko komersial lebih tinggi. "Bunga tinggi bukan untuk menyengsarakan mereka," tegas Rohan.

Rohan juga menyebutkan, peminat KUR di Bank Mandiri cukup banyak, terutama di daerah luar Jakarta. Pengguna KUR paling banyak di Makasar. "Mungkin di sana tingkat ekonominya, dan perdagangannya lebih tinggi," ujarnya.

Jakarta sendiri berada di posisi ketiga, sebagai pengaju KUR di Bank Mandiri. Rohan menuturkan, masih ada kemungkinan bunga KUR turun lagi, namun tak dalam waktu dekat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement