REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) mengklaim, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertamax beberapa waktu lalu tidak membuat konsumen setia pengguna pertamax merosot.
"Kalau kita catat konsumsi (pertamax), tidak mengalami pergerakan yang terlalu menurun," ucap Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro, Sabtu (6/6).
Kendati pergerakan konsumen baru bisa dilihat satu pekan setelah perubahan harga, namun Wianda melihat tren konsumsinya masih normal. Dia pun berharap konsumsi pertamax tetap dalam tren yang baik.
Sementara mengenai harga premium, mantan presenter berita di salah satu stasiun TV swasta ini mengaku hingga saat ini tidak ada rencana dari pemerintah untuk kembali mengubah harga premium.
"Kita tunggu seperti apa ketentuan dari pemerintah. Kalau Kementerian ESDM, kita selalu lakukan komunikasi. Kan yang tentukan besaran dan kapan itu pemerintah," lanjutnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Pertamina akhirnya memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertamax Rp 500/liter menjadi Rp 9.300/liter. Kenaikan harga tersebut mulai diberlakukan sejak 1 Juni lalu pukul 00.00 WIB.
Kenaikan ini dilakukan BUMN minyak dan gas (migas) tersebut, setelah sempat membatalkan kenaikannya pada 15 Mei 2015 lalu. Hal ini dilakukan perseroan menyusul kenaikan harga yang telah dilakukan pesaingnya yaitu Shell dan Total yang telah lebih dulu menaikkan harga produknya.