Jumat 05 Jun 2015 21:01 WIB

Pertumbuhan Kredit pada April Melambat

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
BI Rate Bertahan 7,50 Persen: Gubernur Bank Indonesia. Agus D.W. Martowardojo (dua kiri), Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara (kiri), Deputi Gubernur Ronald Waas (dua kanan), dan Deputi Gubernur Halim Alamsyah usai konferensi pers BI Rate di Gedung
Foto: Republika/ Yasin Habibi
BI Rate Bertahan 7,50 Persen: Gubernur Bank Indonesia. Agus D.W. Martowardojo (dua kiri), Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara (kiri), Deputi Gubernur Ronald Waas (dua kanan), dan Deputi Gubernur Halim Alamsyah usai konferensi pers BI Rate di Gedung

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia mencatat pelambatan pertumbuhan kredit pada April 2015. Pada April 2015, kredit yang disalurkan oleh perbankan mencapai Rp 3.747,3 triliun, tumbuh 10,3 persen (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan bulan Maret 2015 sebesar 11,1 persen (yoy).

Suku bunga simpanan dan kredit perbankan juga mengalami penurunan. Pada April 2015, suku bunga deposito berjangka 1, 3 dan 6 bulan masing – masing tercatat sebesar 7,96 persen, 8,59 persen dan 8,98 persen, turun dibandingkan 8,31 persen, 8,81 persen dan 9,11 persen pada bulan sebelumnya. Sementara itu, rata-rata suku bunga kredit juga mulai mengalami sedikit penurunan dari 12,99 persen menjadi 12,98 persen, mengikuti tren penurunan suku bunga simpanan.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah mengatakan, pertumbuhan kredit yang melambat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang juga melambat. Oleh sebab itu, Bank Indonesia mencoba meneliti sumber-sumber pelambatan pertumbuhan kredit.

"Dari yang kita teliti, kita tahu bahwa pelambatan datang dari luar, faktor eksternal, yang menyebabkan ekspor kita turun cukup tajam. Terutama di daerah penghasil barang-barang ekspor seperti Kalimantan dan Sumatra," jelas Halim di kantor pusat Bank Indonesia Jakarta, Jumat (5/6).

Sementara di Pulau Jawa pertumbuhan ekonomi masih cukup stabil sekitar 5 persen, sedangkan Kalimantan 1 persen, dan Sumatra sekitar 3 persen. Meskipun bisnis bank terpusat di Pulau Jawa, namun dalam konteks peredaran uang mengalir ke seluruh Indonesia. Sebanyak 70 persen uang beredar berada di Jabodetabek, tetapi pengalirannya ke seluruh Indonesia. Termasuk kantor pusat perusahaan yang ada di Jakarta juga beroperasi di luar Jawa.

Sehingga, Bank Indonesia mencoba menjaga dan melihat momentum pertumbuhan ekonomi. Salah satunya melalui relaksasi kebijakan makropudensial agar pertumbuhan kredit bisa lebih didorong.

Salah satu segmen yang didorong adalah kredit properti melalui kebijakan pelonggaran rasio nilai kredit (loan to value/LTV). Sebab, jika hanya mengandalkan kebijakan moneter dinilai tidak mampu mendorong pertumbuhan kredit.

Dia juga berharap pemerintah segera melaksanakan rencana program-program terutama infrastruktur. Pertumbuhan ekonomi di semester II-2015 diharapkan lebih baik, sehingga bisa mengontrol harga barang dan akan menolong ekspor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement