REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Dengan makin berkembangnya keuangan Islam, Bank Sentral dan Otoritas Keuangan Singapura (MAS) akan meneruskan era dan makin menguatkan keuangan Islam. Berbicara dalam Konferensi Perbankan Islam Dunia, Deputi Direktur MAS Jacqueline Loh mengatakan, keuangan Islam akan menguatkan hubungan perdagangan dan investasi Asia dengan Timur Tengah, termasuk infrastruktur.
Data lembaga riset dan konsultasi keuangan internasional KMPG menunjukkan, kebutuhan pembangunan infrastruktur di Asia Tenggara akan mencapai 60 miliar dolar AS hingga 2022. "Sukuk jadi instrumen ideal pembiayaan infrastruktur. Ini akan melengkapi apa yang sudah kami lakukan untuk mendorong perbankan dan pelaku pasar terlibat," ungkap Loh seperti dikutip Asia One, Kamis (4/6).
Rencana Bank Pembangunan Islam (IDB) bekerja sama dengan Bank Investasi Infrastuktur Asia (AIIB) bisa melejitkan penggunaan sukuk sekaligus menjaring investor potensial di Kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara.
Industri keuangan Islam tumbuh signifikan dalam dekade terakhir ini dengan aset mencapai lebih dari dua triliun dolar AS dari hanya 700 miliar dolar As pada 2005. Kontribusi terbesar disumbang Timur Tengah dan Asia Tenggara.
"Dengan meningkatnya akumulasi kekayaan dari minyak, dana dari Timur Tengah mencari tujuan investasi dimana Asia bisa jadi salah satunya," kata Loh.
Sejak MAS memfasilitasi sukuk pada 2009, sudah ada delapan terbitan sukuk dengan nilai mencapai 600 juta dolar AS. Kesempatan ini membuka jalan bagi industri perbankan terlibat di pasar sukuk. Pun peluang bagi korporasi untuk menyambut permintaan para investor menggunakan instrumen keuangan Islam.
Untuk memfasilitasi pertumbuhan yang lebih baik, MAS bersama industri dan lembaga pemerintah untuk menjamin kejelasan dan kepastian regulasi dan perpajakan sukuk. Industri juga sudah menyepakati standardisasi struktur sukuk yang umum digunakan.