Rabu 27 May 2015 19:19 WIB

Dituding Faisal Basri Ikut Curang, Hismawa Migas Angkat Bicara

Rep: C85/ Red: Djibril Muhammad
  Warga membawa sejumlah tabung gas elpiji 3 kg melewati genangan banjir di Jalan Raya Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Ahad (21/12). (Antara/Novrian Arbi)
Warga membawa sejumlah tabung gas elpiji 3 kg melewati genangan banjir di Jalan Raya Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Ahad (21/12). (Antara/Novrian Arbi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha Elpiji menampik tudingan mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri terkait penjualan elpiji 3 kilogram yang sarat kecurangan.

Dalam tudingan tersebut, Faisal menyebut Pertamina bersama oknum di lapangan merekayasa pengisian ulang elpiji sehingga akan ada sisa stok yang dimiliki. Sisa inilah yang kemudian menjadi sumber kecurangan.

Ketua II DPP Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) M Ismet mengungkapkan, tidak benar apabila para pengusaha elpiji selama ini dengan pasrah membiarkan tidak naiknya filling fee atau biaya pengisian elpiji sebesar Rp 300.

Ismeth menyebut, justru selama ini pihaknya telah berupaya untuk mengajukan kenaikan filling fee kepada Pertamina dan pemerintah, hanya saja pemerintah belum memberikan izin.

"Memang kita sudah 7 tahun tidak ada perubahan filling fee. Namun bukan lantas kami tidak mengajukan. Jadi kami sudah berulang kali ajukan kepada Pertamina. Pertamina juga waktu itu ajukan formula harga gas ya tapi ditolak pemerintah," jelas Ismeth, Rabu (27/5).

Lantas saat ditanya bagaimana pengusaha elpiji bisa bertahan selama 7 tahun menjalankan bisnis tanpa adanya kenaikan margin filling fee, Ismeth menyebut pengusaha selama ini mau tidak mau menjalankan kebijakan pemerintah dengan melakuan efisiensi.

Ismeth mengatakan, dari efisiensi lah kemudian bisnis mereka bisa berjalan. Namun Ismeth tidak menampik apabila ada beberapa pengusaha yang terpaksa menjual asetnya atau gulung tikar lantaran filling fee yang tidak naik.

Kita bisa bertahan pertama karena rasa tanggung jawab kepada kita untuk membantu lakukan pengisian tabung elpiji. "Kalau tidak bisa bertahan ya dijual atau gulung tikar. Jadi sangat salah kalau dikatakan lakukan kecurangan," kata Ismeth.

Mengenai tuduhan Faisal soal kecurangan dalam pengisian elpiji, Ismeth juga menampiknya. Ismeth menagih kepada Faisal untuk menunjukkan sumber angka yang disebutnya untuk menuduh Pertamina dan kalangan pengusaha elpiji.

"Dibilang kalau ada sisa 5 sampai 10 persen. Itu angka dari mana pak Faisal dapat. Karena intinya kalau pengguna elpiji sudah merasa habis, ya itu dikembalikan ke agen. Dari agen dilakukan ke SPBE di sana ada timbangan. Kita tidak pernah lakukan kecurangan," lanjut Ismeth.

Ismeth menegaskan pihaknya selama ini selalu melakukan pelaporan kepada Pertamina secara rutin, termasuk berapa ton yang diterima dan berapa ton yang disalurkan.

"Selain itu, pengukuran ulang juga boleh. Di penjual di agen itu boleh timbang lagi. Dan kalau mau hadir di SPBE juga boleh. Dan tiap bulan kan ada audit dari Pertamina juga," katanya

Ismeth sendiri meminta agar tudingan Faisal Basri lebih berdasar. Hal ini, karena menyangkut kepercayaan masyarakat yang telah terbangun selama ini.

"Pak Faisal dari pada bikin berita yang bikin gaduh. Justru kami meminta Pak Faisal untuk ikut perjuangkan filling fee yang belum pernah naik selama 7 tahun," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement