Selasa 26 May 2015 15:33 WIB

PHK Karyawan Industri Tekstil Bersifat Musiman

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Satya Festiani
Pertumbuhan Tekstil dan Produk Tekstil: Karyawan merapikan kain lokal yang dijual di salah satu tokoh di Pasar Mayestik, Jakarta, Kamis (29/1).(Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pertumbuhan Tekstil dan Produk Tekstil: Karyawan merapikan kain lokal yang dijual di salah satu tokoh di Pasar Mayestik, Jakarta, Kamis (29/1).(Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Harjanto mengatakan, industri tekstil yang merumahkan pegawainya hanya bersifat seasonal atau musiman saja. Pasalnya, penyerapan anggaran oleh pemerintah agak tersendat dan turunnya daya beli masyarakat sehingga permintaan juga menurun.

"Industri yang merumahkan karyawannya sebagian besar merupakan skala menengah kecil dan orientasinya domestik," kata Harjanto di Jakarta, Selasa (26/5).

Harjanto mengatakan, berdasarkan informasi dari asosiasi ada sekita 60 industri tekstil di Majalaya yang merumahkan enam ribu karyawannya. Selain itu, sebanyak 40 ribu industri sepatu di wilayah Bandung dan Mojokerto juga ikut merumahkan pegawainya. Menurut Harjanto, Kementerian Perindustrian akan melakukan pengecekan di lapangan untuk mencatat data yang sahih.

"Saya tahu ini dari media, karena asosiasi menyampaikan ke media. Kami akan segera mengirim staf ke lapangan untuk melakukan fact finding dan pengecekan," ujar Harjanto.

Harjanto mengatakan, ke depan industri domestik akan didorong untuk meningkatkan daya saing. Salah satu caranya yakni dengan membangun program buffer stock. Rencananya, program ini akan dimulai oleh Kementerian Perindustrian pada tahun ini, khusus untuk kulit dan kapas. Dengan adanya buffer stock, maka diharapkan dapat mengurangi biaya bahan baku bagi industri dengan orientasi domestik.

Menurut Harjanto, industri lainnya yang juga merumahkan karyawan seperti semen dan baja juga hanya seasonal atau musiman saja. Menurutnya, seiring dengan penyerapan anggaran di Kuartal II/2015 dan dimulainya pembangunan infrastruktur, pertumbuhan industri bisa kembali berjalan seperti semula.

 

"Perekonomian global memang turun, namun untuk Indonesia kasusnya beda, ini karena seasonal saja nanti faktor penariknya adalah pembangunan infrastruktur, dan pemerintah sudah mencanangkan pembangunan di kuartal II ini," kata Harjanto.

Berdasarkan data, pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi pada kuartal I/2015 sebesar -0,98 persen. Sedangkan, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki mengalami pertumbuhan 3,35 persen. Industri lain yang pertumbuhannya mengalami minus di kuartal I/2015 diantaranya industri batu bara dan pengilangan migas sekitar -5,66 persen, serta industri mesin dan peralatan sebesar -2,39 persen. Selain itu, pertumbuhan industri karet dan plastik juga turun sebesar -3,49.

"Angka tersebut masih merupakan angka sangat sangat sementara dan kami harapkan di kuartal II ini bisa meningkat seiring dengan dimulainya penyerapan anggaran," kata Harjanto.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement