REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mencuatnya kabar kaus kaligrafi Arab di Pasar Beringharjo Yogjakarta di nilai sebagai bentuk salah satu pemurtadan dan mengelabui umat Islam. Pasalnya, umat Islam memaknai kaligrafi Arab memiliki nilai artian keislaman.
"Itu tulisannya ada Abana (bapak kami), tidak ada dalam Islam istilah bapak kami. Kita menyebut tuhan tidak ada istilah itu," kata Juru Bicara HTI, Ismail Yusanto, Selasa (26/5).
Menurut dia, sebenarnya tidak ada masalah jika kitab injil ditulis dengan Bahasa Arab, Inggris maupun Indonesia. Termasuk menuliskan doa mereka dalam sebuah kaligrafi. Namun, umat Islam harus menyadari adanya maksud lain dibalik pembuatan kaligrafi tersebut.
Ismail menilai, kaligrafi tersebut memiliki maksud kristenisasi dan pemutadan. Non-Islam, kata dia, ingin membentuk opini bahwa karyannya adalah kaligrafi Islam. Sehingga banyak umat yang sudah terkecoh karena pada umumnya berpandangan kaligrafi memiliki makna yang baik dalam pengartiannya.
Ismail mengatakan, upaya tersebut harus diprotes agar dapat diklarifikasi. Sebab, kaligrafi yang sengaja dicuatkan ke publik adalah bentuk pengelabuan terhadap umat Islam.