Jumat 22 May 2015 02:13 WIB

Soal Petral, Pengamat: Logikanya Harga Beli Bisa Murah

Rep: C32/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri BUMN Rini Soemarno (kedua kiri), Menteri ESDM Sudirman Said (kedua kanan), Dirut PT Pertamina Dwi Soetjipto (kiri) dan Komisaris Utama PT Pertamina Tanri Abeng (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan terkait proses penghentian kegiatan Petral
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Menteri BUMN Rini Soemarno (kedua kiri), Menteri ESDM Sudirman Said (kedua kanan), Dirut PT Pertamina Dwi Soetjipto (kiri) dan Komisaris Utama PT Pertamina Tanri Abeng (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan terkait proses penghentian kegiatan Petral

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pembubaran Pertamina Energy Trading Limited atau Petral dinilai bisa berdampak kepada pembelian minyak mentah. Hal tersebut diakui oleh pengamat migas, Fabby Tumiwa yang menyatakan juga hal tersebut akan berdampak kepada pembiayaan harga beli.

 

“Kalau sesuai skenario, berarti logikanya harga beli minyak mentah dan produk bahan bakar minyak (BBM) bisa lebih murah,” kata Fabby kepada ROL, Kamis (21/5). Menurutnya, bisa dikatakan lebih murah tentu jika dibandingkan dengan dulu saat Pertamina masih membeli minyak mentah melalui Petral.

 

Lebih lanjut ia menjelaskan, murahnya biaya pembelian tersebut semestinya bisa terjadi jika nanti setelah pembubaran Petral lalu Pertamina pembeliannya langsung melalui Integrated Supply Chain (ISC). Karena, masih menurut Fabby, anggaran biaya transaksi akan lebih rendah.

 

Terkait dengan hal tersebut, menurut Fabby murahnya biaya disebabkan oleh pembelian yang tidak dilakukan langsung melalui spot market. “Artinya dalam hal ini bisa menggunakan kontrak jangka panjang,” ungkap Fabby.

 

“Mengenai pembelian minyak mentah itu, seberapa murahnya kita nggak tau ya karena tergantung harga minyak sekarang. Selain itu juga tetap ada upaya lain seperti negosiasi dan lainnya,” jelas Fabby.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement