Rabu 20 May 2015 14:34 WIB

Ekonomi Melambat, Pasar FMCG Indonesia Masih Potensial

Seorang pembeli memilih minuman di sebuah minimarket, Jakarta, Rabu (15/4). (Prayogi/Republika)
Foto: Republika/Prayogi
Seorang pembeli memilih minuman di sebuah minimarket, Jakarta, Rabu (15/4). (Prayogi/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di tengah keadaan pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik yang sedang melambat, pasar Fast-moving consumer goods (FMCG) di Indonesia menunjukkan tingkat pertumbuhan yang tinggi di 2014.

“Indonesia  merupakan salah satu dari sedikit negara di Asia yang masih mampu memberikan pertumbuhan dua digit untuk FMCG pada 2014,” ujar New Business Development Director Kantar Worldpanel Indonesia Fanny Murhayati, dalam rilisnya, Rabu (20/5).

Tahun lalu, tingkat pertumbuhan jenis produk dengan kategori berbiaya rendah dan cepat terjual ini sebesar 15%.  IMF juga mengeluarkan hasil pertumbuhan yang tinggi untuk potensi FMCG akan tumbuh sebesar 5,4% di tahun 2015.

Pertumbuhan paling tinggi, ungkap Fanny, terlihat pada sektor kebutuhan rumah tangga yakni sebesar 18% dan kebutuhan pangan sebesar 15%.  Besarnya potensi pasar FMCG Indonesia in, diakui Fanny, tak lepas dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 240 juta orang.

Bahkan, dari jumlah populasi tersebut, sekitar 70 persen merupakan usia produktif. Fakta ini menempatkan Indonesia sebagai pasar yang sangat menarik bagi para pemain FMCG di seluruh dunia.

“Ini tentu menjadi ajang yang menantang untuk para pemain FMCG,” tegasnya.

Yang menarik, jika mengacu dari data survei Kantar Worldpanel Indonesia, ada perubahan perilaku konsumen di pasar FMCG Indonesia, terutama saat mereka berbelanja. Perubahan perilaku ini didorong oleh situasi ekonomi yang melambat dan ketidakstabilan harga bahan bakar kendaraan (BBM) di Indonesia.

Fanny memaparkan, konsumen rumah tangga di Indonesia cenderung berbelanja lebih banyak dengan jumlah perjalanan belanja yang lebih sedikit. Bahkan, mereka melakukan pembelanjaan lebih dari sekali dalam sehari, meskipun terlihat penurunan frekuensi berbelanja jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Pada tahun 2013, konsumen rumah tangga Indonesia dalam satu tahun berbelanja sebanyak 391 kali, sedangkan pada 2014 hanya berbelanja sebanyak 379 kali.

Senada hal itu, General Manager Kantar Worldpanel Indonesia Lim Soon Lee mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan pasar potensial. Seiring berkembangnya pasar modern dengan format kecil seperti supermarket, minimarket, dan convenience store.

“Ini terlihat dari banyaknya toko dan gerai yang dibuka di Jawa dan luar Jawa. Alfamart dan Indomaret, misalnya akan mempunyai lebih dari 10.500 gerai di tahun 2015,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement