REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi dari Institut for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati, menilai harus ada langkah penanganan jika memang ketentuan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) kemarin dikarenakan nilai tukar dolar AS yang naik. Walaupun memang hal tersebut dibatalkan hari ini karena masih mencari waktu yang tepat.
“Lakukan efisiensi, nanti Pertamina rugi,” kata Enny kepada ROL, Jumat (15/5). Menurutnya, hal tersebut perlu dilakukan karena tentu nilai tukar dolar AS terhadap rupiah bisa menjadi salah satu faktor BBM non subsidi dinaikan.
Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam hal energi perdagangan impor ekspor kita akan berpengaruh. Belum lagi, masih menurut Enny, harga minyak dunia juga akan mempengaruhi.
“Jika impor kita turun, terus minyak dunia mengalami kenaikan maka mempengaruhi perekonomian Indonesia. Lalu pasti ini juga akan menjadi pengaruh terhadap BBM maka harusada efisiensi,” jelas Enny.
Terkait dengan hal tersebut, Enny juga menjelaskan nilai tukar akan berpengaruh kepada ekspor impor dimana pada April ini Indonesia sudah mengalai penurunan. Namun Indonesia masih tertolong dengan naiknya impor bahan baku kita, oleh karena itu impor ekspor ini lah juga yang akan memengaruhi nilai tukar dan berdampak kepada BBM.