Jumat 15 May 2015 13:09 WIB

BPS: Ketergantungan Impor dari Cina Masih Tinggi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Nilai ekspor Impor: Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin (kanan), bersama Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Sasmito Hadi Wibowo (tengah), dan Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Leonard VH. Tampubolon saat konferensi pers tentang ekspor impor d
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Nilai ekspor Impor: Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin (kanan), bersama Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Sasmito Hadi Wibowo (tengah), dan Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Leonard VH. Tampubolon saat konferensi pers tentang ekspor impor d

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, ketergantungan impor Indonesia dari Cina masih tinggi. Pada April 2015 nilai impor Indonesia dari Cina naik sebesar 6,40 persen atau mencapai 144,4 juta dolar AS.

"Secara kumulatif periode Januari-April 2015 impor dari Cina mengalami minus 1,49 persen dibandingkan tahun sebelumnya, namun Cina masih menjadi negara asal impor terbesar dengan peran 24,08 persen," ujar Sasmito di Jakarta, Jumat (15/5).

Negara lain yang menjadi tumpuan impor terbesar bagi Indonesia adalah Australia sebesar 113,5 juta dolar AS. Secara keseluruhan, impor Januari-April 2015 dari tiga belas negara utama turun sebesar 10,43 persen. Penurunan ini disumbang oleh Jepang sebesar 830,9 juta dolar AS dan Singapura sebesar 827,8 juta dolar AS.

Di sisi lain, pada periode Januari-April 2015 Asia Tenggara menyumbang peranan impor nonmigas terbesar yaitu 20,91 persen dan Uni Eropa sebesar 9,10 persen. Sementara itu, ekspor nonmigas Indonesia pada April 2015 paling banyak ke Amerika Serikat sebesar 1.375 juta dolar AS, India mencapai 1.190 juta dolar AS, dan Cina sebesar 1,174 juta dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement