REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan sektor keuangan yang belum terdiversifikasi secara optimal menjadi masalah dalam menghadapi tantangan kebutuhan pembiayaan pembangunan.
"Ini sangat didominasi oleh perbankan dan masih sangat rendah peran dari pasar modal termasuk obligasi," katanya dalam Seminar "Strategi Mewujudkan Arsitektur Sistem Keuangan dan Perbankan Nasional yang Tangguh", Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (13/5).
Ia mengatakan perlu adanya keseimbangan antara perbankan dan industri keuangan lainnya seperti pasar modal.
Untuk itu, perlu meningkatkan literasi keuangan pada masyarakat untuk mengenal instrumen investasi sehingga ke depan semakin menyerap investasi dari masyarakat sendiri.
Jika sektor keuangan telah terdiversifikasi secara menyeluruh maka penyerapan dana akan semakin luas yang kemudian akan mendorong pembiayaan pada program pemerintah terutama pembangunan.
Lebih lanjut ia mengatakan hingga Desember 2014, porsi peran pihak swasta sekitar 55-an persen dari total utang luar negeri Indonesia. "Tentunya ini akan meningkatkan kerentanan kalau tingkat swasta tinggi. Kita bersama-sama dengan Bank Indonesia terutama berupaya untuk mengurangi tingkat risiko itu," ujarnya.
Jika ingin tingkat pinjaman luar negeri berkurang, katanya, maka kuncinya adalah mendorong likuiditas domestik. "Kalau mau tingkat pinjaman luar negeri itu bisa lebih kurang kuncinya adalah harus ada likuiditas domestik dan likuiditas domestik itu 'cost of fund'-nya kompetitif jadi orang tidak mau keluar," katanya.