REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (13/5) pagi bergerak menguat sebesar 20 poin menjadi Rp 13.181 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.201 per dolar AS. "Laju mata uang rupiah kembali bergerak menguat setelah mengalami tekanan pada hari sebelumnya, Selasa (12/5), kondisi nilai tukar domestik yang mudah berubah itu akan membuat peluang penguatan terbatas," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta.
Ia mengatakan bahwa minimnya sentimen penggerak bagi rupiah di dalam negeri akan mendorong pelaku pasar melakukan transaksi jangka pendek untuk menjaga nilai aset agar tidak menurun. Dari eksternal, lanjut dia, kebijakan Cina yang memangkas suku bunganya dinilai pelaku pasar uang bahwa perekonomian di Negeri Tirai Bambu itu masih dalam perlambatan maka potensi rupiah kembali melemah masih terbuka.
"Cina merupakan salah satu rekan dagang utama bagi Indonesia, melambatnya perekonomian disana dapat mempengaruhi kondisi di dalam negeri," katanya.
Sementara itu, Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova mengatakan bahwa penguatan mata uang rupiah cenderung disebabkan faktor teknikal. Setelah dolar AS terapresiasi terhadap mayoritas mata uang negara berkembang termasuk rupiah, sebagian pelaku pasar cenderung melakukan aksi ambil untung.
Ia mengharapkan muncul sentimen positif dari data neraca perdagangan Indonesia periode April 2015 yang kembali mencatatkan surplus sehingga dapat menopang mata uang rupiah untuk terapresiasi lebih tinggi. Menurut dia, untuk menjaga nilai tukar rupiah bergerak stabil maka pemerintah harus dapat menggenjot perekonomian dalam negeri. Diharapkan, pemerintah memaksimalkan menyerap anggaran pembangunan infrastruktur.