Senin 11 May 2015 16:48 WIB

Dongkrak Daya Beli, Pelaku Usaha Diminta Inovatif

Rep: C91/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pusat perbelanjaan di kawasan Jakarta Selatan.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Pusat perbelanjaan di kawasan Jakarta Selatan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, pelaku usaha harus inovatif agar daya beli masyarakat kembali meningkatnya. Hal ini karena, bila daya beli masyarakat terus menurun maka sulit untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi.

"Supaya kita tetap bisa menikmati barang yang kita beli, pelaku usaha itu bisa membuat ukurannya dikecilin. Atau kemasan refillnya dibanyakin, yang kayak gitu bisa diedukasi juga ke masyarakat," jelasnya kepada wartawan, beberapa waktu lalu, di Gedung Bank Indonesia (BI).

Lana menjelaskan, masyarakat yang pendapatannya rendah biasanya tak belanja sebulan sekali melainkan sekali pakai habis lalu beli. "maka, ukuran perkecil asal harga nggak naik. Misalnya perbanyak shampo sachet," tambahnya.

Ia menyatakan, dengan cara tersebut daya beli masyarakat bisa stabil. Jadi agar masyarakat tetap spending, tak hanya mengharapkan pemerintah dan perbankan.

Baginya, jika pada kuartal kedua, impor turun lebih besar, berarti pelaku usaha tak yakin konsumsen mau spending. Maka harus mencari solusi pasti untuk menjaga konsumsi masyarakat.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama sebanyak 4,71 persen. Padahal tahun ini pemerintah menargetkan hingga 5,8 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement