Sabtu 09 May 2015 18:06 WIB

Subsidi BBM Dikurangi, Porsi Investasi Malah Turun

Rep: c37/ Red: Dwi Murdaningsih
Direktur Institute for Developement of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati (kanan).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Direktur Institute for Developement of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati menyebutkan bahwa saat ini sektor riil banyak kolaps, sehingga pengangguran meningkat sebanyak 300 ribu orang. Padahal di Nawa Cita Presiden Jokowi menegaskan pada para pembantunya agar memfokuskan di bidang sektor riil.

"Ini sangat serius,"kata Enny pada diskusi Menanti Sabda Reshuffle di Warung Daun, Cikini, Sabtu (9/5).

Enny menjelaskan, Presiden Jokowi ingin menggeser ke sektor-sektor yang menghasilkan produk agar dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Selain itu, hal ini juga akan menaikkan nilai tambah dan ini tentu punya multi player, kesinambungan jangka panjang.

"Tapi kenyataannya justru ini malah makin ngedrop sektor riilnya. Yang makin tumbuh malah sektor jasanya,"ujarnya.

Enny menuturkan, sebelumnya Presiden Jokowi dengan berani menyetop subsidi BBM karena ingin merelokasi untuk kegiatan yang produktif. Namun, yang terjadi justru porsi investasi menurun, bukan pertumbuhannya. Porsi investasi menurun dari yang tadinya 32 persen pada akhir 2014, sekarang menjadi 31 persen.

Target penerimaan negara pun turun. Padahal, menurut Enny, untuk menjalankan program-program investasi perlu penerimaan negara. "Ini yang mungkin menjadi keraguan bagi pengusaha."imbuhnya.

Penerimaan negara yang rendah ini pula yang menjadikan perekonomian melambat. Untuk itu, tim ekonomi Kabinet Kerja memang harus secepatnya dievaluasi.

"Apakah evaluasi berujung pada reshuffle itu kewenangan Presiden. Tapi evaluasi sangat penting, apalagi di bidang ekonomi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement