Senin 04 May 2015 18:51 WIB

Penggunaan Transportasi Umum Harus Dipaksa

Rep: c84/ Red: Dwi Murdaningsih
Armada bus Lorena
Armada bus Lorena

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Transportasi massal dianggap menjadi satu-satunya cara untuk mengurai kemacetan yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia akibat banyaknya penggunaan kendaraan pribadi. Namun, perbaikan kualitas serta pelayanan angkutan umum darat harus ditingkatkan.

Ketua Umum DPP Organisasi Angkutan Darat (Organda) Eka Sari Lorena mengatakan semakin banyak orang yang menggunakan angkutan umum maka selain dapat mengurai kemacetan juga mampu membuat penggunaan BBM lebih hemat.

"Dengan banyaknya kendaraan besar yang mampu mengangkut orang atau barang lebih besar, bisa mengurai kemacetan dengan mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan raya," ujar Eka dalam peluncuran dan bedah buku "Membela Angkutan Darat" di Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan, Ahad (3/5).

Untuk itu, ia mengharapkan adanya kebijakan yang tidak berbelit-belit agar implementasi di lapangan dapat dirasakan masyarakat. Selain itu, Eka meminta pola operasi dan standarisasi jangan sampai terlalu membebani operator. Ia menilai, jika semuanya dibebankan kepada operator maka akan sangat berat.

Eka menyoroti, banyaknya penggunaan kendaraan pribadi saat orang mau ke bandara. Ia beranggapan hal ini lantaran tidak ada kejelasan platform angkutan umum. Ia mencontohkan, jika di beberapa negara, tempat parkir untuk kendaraan pribadi itu dibuat sejauh mungkin agar masyarakat beralih menggunakan angkutan umum, namun yang terjadi di Indonesia justru sebaliknya.

Ia berharap pemerintah mengeluarkan sebuah kebijakan yang bersifat 'paksa rela' dimana orang-orang yang selama ini menggunakan kendaraan pribadi 'dipaksa' secara sukarela untuk pindah ke angkutan umum. Tentunya, dengan meningkatkan pelayanan yang memadai.

"Negara barat yang sangat individual saja mendorong adanya transportasi komunal dimana orang dan barang dapat bergerak cepat. Pajak dan surat ijin kendaraan pribadi dibuat mahal dan lebih sulit. Kalau mau ada perubahan yang drastis, harus ada kebijakan paksa rela," lanjut Eka.

Ia menilai masyarakat sudah semakin menderita dengan kemacetan yang terjadi saat ini. Eka mengajak para pemikir untuk berkolaborasi membuat terobosan dalam mengurai masalah transportasi darat di kota-kota besar Indonesia saat ini. Mengingat kondisi kemacetan yang terjadi sudah begitu kompleks, Eka mengatakan dibutuhkan komitmen penuh untuk memecahkannya.

"Revitalisasi jangan hanya jadi wacana tapi harus terlaksana," sambung Eka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement