Ahad 03 May 2015 14:15 WIB

Pengamat Otomotif Anggap Pertalite Bisa Jadi Alternatif

Seorang petugas melayani penjualan bahan bakan minyak (BBM) di salah satu SPBU Kawasan Grogol, Jakarta, Selasa (28/4). (Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Seorang petugas melayani penjualan bahan bakan minyak (BBM) di salah satu SPBU Kawasan Grogol, Jakarta, Selasa (28/4). (Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat otomotif Dewa Yuniardi menilai bensin komersial jenis baru yakni Pertalite dengan angka oktan 90, bisa menjadi alternatif bahan bakar bagi kendaraan. Menurut dia, di Jakarta, Ahad (3/5), keberadaan Pertalite 90 bisa menjadi alternatif bahan bakar bensin bagi konsumen, setelah Premium dengan angka oktan 88, Pertamax 92, dan Pertamax Plus 95.

"Dari sisi 'performance' juga lebih baik dibandingkan Premium 88. Dengan angka oktan yang lebih tinggi, tentunya mengurangi 'ngelitik' atau detonasi," ujarnya.

Hal senada dikemukakan Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D Sugiarto. Menurut dia, angka oktan bensin Pertalite yang sebesar 90 itu lebih tinggi, sehingga kualitasnya menjadi lebih baik dibandingkan Premium yang hanya 88.

Dengan demikian, lanjutnya, konsumen bisa memiliki pilihan sesuai bahan bakar yang diinginkan.

"Ke depan, diharapkan secara perlahan, semua kendaraan bermotor keluaran tahun 2006 bisa memakai bensin berangka oktan tinggi," ujar Jongkie.

Dewa menambahkan, bensin Pertalite merupakan tahapan transisi sebelum nantinya Premium akan digantikan bensin dengan angka oktan yang lebih tinggi. "Industri otomotif tentunya siap mengikuti kebijakan pemerintah," ucapnya.

Pertamina berencana meluncurkan bensin jenis baru yakni Pertalite 90 pada Mei 2015. Dengan demikian, nantinya di SPBU terdapat Premium dengan angka oktan 88, Pertalite 90, Pertamax 92, dan Pertamax Plus 95. Konsumen bisa memilih bahan bakar bensin sesuai keinginannya.

Pada pekan lalu, Pertamina sudah menyosialisasikan kepada industri otomotif seperti Gaikindo dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Lalu, pada pekan depan, Pertamina akan meyakinkan Komisi VII DPR bahwa Pertalite hanyalah bahan bakar alternatif, sehingga tidak menghapuskan produk Premium.

DPR perlu diyakinkan karena pada rapat dengar pendapat, Komisi VII DPR meminta Pertamina menunda peluncuran Pertalite dan mesti dikonsultasikan dulu dengan DPR sebelum memasarkan bahan bakar yang sebenarnya produk komersial tersebut.

Pertalite juga dimaksudkan untuk memanfaatkan produk nafta, yang selama ini diekspor, untuk selanjutnya dicampur dengan bahan baku beroktan tinggi "high octane mogas component" (HOMC). Pertamina berharap konsumen Premium beralih ke Pertalite atau Pertamax, sehingga akan mengurangi impor Premium.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement