REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri dan CEO Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo mengajak muslimah aktif berbisnis. Selain menambah penghasilan keluarga, berbisnis juga membuka peluang rezeki bagi orang-orang di sekitar.
Di hadapan ratusan muslimah yang hadir dalam Muktamar Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPMI) di Kompleks TMII, Selasa (21/4), Mooryati menceritakan ia memulai bisnis pada usia 45 tahun. Ia sempat berpikir ulang karena keluarganya tidak ada yang pebisnis.
Ia mengaku memulai semua usahanya dari keberanian sebab latar pendidikannya di fakultas sastra tidak mengajarkan bisnis.
Senang mengajarkan teman-temannya khasiat dari tanaman obat, termasuk khasiatnya untuk kecantikan, mulai ada pesanan dari teman-teman yang merasakan khasiat ramuan yang disarankannya.
''Saat itu kosmetik masih impor,'' kata Mooryati.
Ia berpikir kenapa tidak menggunakan bahan-bahan dan kearifan lokal untuk memenuhi kebutuhan mengobati dan kecantikan. Dari konsultasi di surat kabar Sinar Harapan, disusul konsultasi ramuan tradisional di TVRI, Mooryati mulai dikenal luas.
''Dari situ, saya bertambah semangat. Tapi saya tidak ingin merusak usaha jamu gendong yang jadi usaha sesama perempuan Indonesia. Saya berpikir membuat hal berbeda,'' ujar anggota MPR RI ini.
Jika jamu gendong berupa jamu segar, Mooryati membuat jamu kering dalam bentuk kapsul. Tekun dengan bisnisnya, karyawan dan agen yang memasarkan produknya terus bertambah.
Ada juga warga Malaysia melirik dan belajar padanya. Mereka belajar dan mulai membuka salon menggunakan bahan tradisional di Malaysia.
Mooryati terus berkreasi melalui inspirasi tradisi orang-orang di sekitarnya. Begitu bisnisnya berjalan, kendala ia hadapi. Namun ia menganggap semua itu hal menyenangkan.
''Evaluasi dan kendala juga dicermati. Tidak perlu takut, kendala itu justru tanda untuk berkreasi. Lama-lama saya paham bagaimana membuat produk yang bagus, harga terjangkau dan aman,'' kata dia.
Menurutnya, tidak ada salah juga beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Misalnya jamu gendong yang dulu identik dengan jamu yang dijual dalam botol-botol dalam bakul yang digendong menggunakan kain oleh wanita bersanggul.
Kini ada sepeda dan mobil, itu bisa digunakan sehingga bisnis yang dijalankan lebih efektif. Menurutnya, sudah bukan lagi masanya pelanggan ditunggu, tapi didatangi.