Selasa 21 Apr 2015 22:44 WIB
WEF 2015

Menkeu Optimistis ASEAN Lima Besar Pelaku Global

Rep: C87/ Red: Djibril Muhammad
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menjawab pertanyaan wartawan saat jumpa pers di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa (17/2).
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menjawab pertanyaan wartawan saat jumpa pers di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa (17/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro optimistis ASEAN akan menjadi lima besar pelaku utama ekonomi global melalui integrasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Asean diproyeksikan akan menjadi pelaku utama ekonomi global setelah Amerika Serikat, Uni Eropa, China dan Jepang.

Bambang menjelaskan dalam hal perdagangan barang Asean sudah memiliki Asean Free Trade Agreement. Perdagangan di dalam ASEAN perannya dinilai sudah jauh lebih baik. Dia mencontohkan Indonesia, yang membidik Asean sebagai tujuan terpenting ekspor impor,

serta untuk penanaman modal asing. Menurutnya, praktek MEA itu sudah ada, tapi masih terbatas dalam hal perdagangan barang. Sementara, dalam perdagangan jasa juga terbatas walaupun sudah menciptakan lingkungan perdagangan barang dan jasa.

"Asean akan menjadi pelaku utama ekonomi global. AS masih dominan, Uni Eropa juga, kemudian China, Jepang dan ASEAN. Kami berada di top five," ujar Bambang dalam acara World Economic Forum on East Asia di Hotel Shangrila Jakarta, Selasa (21/4).

Bambang menjelaskan, persyaratan dasar yang harus dipenuhi negara Asean menuju MEA adalah manufaktur, bagaimana menempatkan negara dalam supplay chain global.

Beberapa negara Asean dinilai masih ada yang menganggap produk buatan dalam negeri mislanya televisi adalah produk yang dibuat suatu negara dengan komponen 100 dalam negeri. Menurutnya, pemikiran tersebut gaya kuno.

Televisi, kata Bambang, boleh merk Indonesia tapi komponen bisa dari negara lain. Mayoritas suku cadang diarahkan datang dari asean. Sehingga pemerintah bisa memiliki produk sendiri tapi efisiensi produk didukung supplay chain dan dipenuhi negara ASEAN lainnya.

Terkait isu pembatasan ekspor bahan mentah, Bambang menegaskan Indonesia bukan negara proteksionis, melainkan negara terbuka.

Pembatasan ekspor bahan mentah pertambangan ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah. Ekspor sumber daya berbasis mineral harus melalui proses tertentu, tidak berbentuk bijih nikel atau bijih mineral lain, namun harus ada nilai tambah.

"Karena untuk menjadi negara maju harus mengandalkan sektor manufaktur. Tidak bisa hanya mengandalkan bahan mentah. Tidak ada negara maju ekspor bahan mentah. Jadi dengan ide untuk membatasi ekspor bijih besi hasil pertambangan sekarang kami punya penanam modal asing yang lebih besar dengan pembangunan smelter, dan lain-lain. Jadi kita punya kemampuan industri besi baja itu resep menjadi ekonomi maju," terang Bambang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement