REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Pemerintahan Dubai menyetujui inisiatif pengembangan ekonomi secara Islam yang diusulkan oleh Dewan Pusat Pengembangan Ekonomi Islam Dubai, atau DIEDC. Persetujuan ini diambil oleh Putra Mahkota Dubai Shaikh Hamdan bin Mohammed bin Rashid al Maktoum bersama Ketua Dewan Eksekutif Dubai pada Senin (20/4).
Beberapa inisiatif yang dikemukakan DIEDC adalah mengenai peluncuran indeks ekonomi Islam, edisi ketiga Islam Ekonomi award serta memberi kesempatan kepada negara ketiga untuk menerapkan pelaporan ekonomi Islam.
Shaikh Hamdan menyatakan, alasan pihaknya menyetujui usulan DIEDC karena ia juga menyadari bahwa ekonomi Islam saat ini mengalami percepatan pertumbuhan di semua sektor. Untuk itu, Dubai kedepannya akan segera diarahkan untuk merintis proyek-proyek baru untuk beberapa tahun ke depan untuk menjadi modal ekonomi Islam pada 2012 nanti.
"Kami memiliki pengalaman yang luas, roadmap yang jelas dan mitra strategis di UAE dan luar negeri. Setiap orang bekerja dengan semangat tim terpadu dan visi untuk mencapai tujuan kami dalam mengembangkan ekonomi Islam secara global. Kami akan meningkatkan produk-produknya, dan mengubah UEA menjadi pusat rujukan global untuk semua sektor sekutu,” kata Shaikh Hamdan, seperti dilangsir dari laman kaleejtimes.
Sebagai bagian dari aktivasi rencana ini, DIEDC akan mencari kolaborasi dengan museum internasional untuk menstabilkan posisi Dubai sebagai ibu kota Islam dalam fesyen, seni dan desain. Selain itu, Shaikh Hamdan pun mennyebut akan membuat pasar inti untuk makanan dan gaya hidup halal untuk masyarakat Dubai.
Seperti diketahui pada Desember 2014 lalu DIEDC dalam kemitraan dengan Thomson Reuters dan bekerja sama dengan Standard Dinar meluncurkan laporan dan memperkenalkan Indikator ekonomi Islam global, atau GIEI untuk periode 2014-2015.
Mereka mencatat adanya peningkatan sektor ekonomi Islam di 70 negara inti. Yang mana indeks komposit perdana dipimpin oleh UEA, Malaysia dan Bahrain. Laporan ini menurut mereka menunjukkan bahwa saat ini harus jadi momentum menerapkan ekonomi Islam secara global.
GIEI memperkirtakan bahwa pengeluaran global konsumen Muslim di sektor makanan dan gaya hidup tumbuh 9,5 persen dari tahun 2013. Diperkirakan, grafik peningkatan ini akan terus meningkat menjadi 10,8 persen pada tahun 2019 nanti.