Jumat 17 Apr 2015 15:56 WIB

Sofyan Djalil Sebut Pertalite Berpotensi Tambah Impor BBM

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pengguna kendaraan bermotor antre untuk membeli premium di salah satu SPBU di Jakarta Pusat, sebelum kenaikan harga BBM bersubsidi, Senin (17/11).
Foto: Antara/Fanny Octavianus
Pengguna kendaraan bermotor antre untuk membeli premium di salah satu SPBU di Jakarta Pusat, sebelum kenaikan harga BBM bersubsidi, Senin (17/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan ada sisi negatif dan positif dari rencana PT Pertamina (Persero) meluncurkan produk bensin baru bernama Pertalite. Pertalite merupakan bahan bakar minyak (BBM) dengan kadar oktan diantara premium dan pertamax.

Sofyan mengatakan dampak negatifnya adalah meningkatnya jumlah impor BBM. Sebab, kilang minyak milik Pertamina sudah pada tua dan tidak bisa memproduksi BBM dengan oktan tinggi.

"Itu tantangannya. Kilang Pertamina bahkan kayaknya sudah lebih tua dari saya. Kalau tidak diperbaiki, maka pilihannya harus impor terus," kata Sofyan di kantornya, Jumat (17/4).

Meski begitu, Sofyan menilai rencana tersebut akan bermanfaat dari segi persaingan bisnis. Dia meyakini, Pertamina ingin meluncurkan produk baru tersebut agar meningkatkan daya saing dengan SPBU asing.

"Saya pikir ini masalah strategi. Petralite dibuat agar masyarakat memiliki pilihan. Misalnya sebagai saingan dengan Super produksi Shell," ujar Sofyan.

Sofyan mengatakan, rencana peluncuran BBM jenis Pertalite menjadi wewenang penuh Pertamina. Akan tetapi, Sofyan mendorong agar Pertamina benar-benar serius memperbaiki kilang minyaknya.

"Sebab, kalau nanti premium dihilangkan dan kilang belum diperbaiki, yang ada nanti kita harus impor 100 persen produk BBM dalm bentuk jadi. Tidak ada yang diolah di dalam negeri," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement