REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Harga minyak merosot di perdagangan Asia pada Jumat (17/4), karena investor mengunci keuntungan setelah reli enam hari, dengan kenaikan produksi OPEC pada Maret juga menambah tekanan turun, kata para analis.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, turun 52 sen menjadi 56,19 dolar AS, sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni melemah 51 sen menjadi 63,47 dolar AS dalam perdagangan sore.
"Setelah kenaikan yang berkelanjutan baik WTI maupun Brent selama seminggu terakhir, pedagang menjual ... dan ini telah menyebabkan tekanan penurunan dalam harga yang kami lihat sekarang," kata Daniel Ang, seorang analis investasi pada Phillip Futures di
Singapura.
Harga minyak naik untuk hari keenam berjalan pada Kamis -- dengan WTI mencapai tingkat tertingginya sejak Desember -- di tengah berita bahwa produksi serpih AS, yang telah berkontribusi terhadap kelebihan pasokan global, mungkin pada titik puncak pengurangan.
Tetapi Ang mengatakan kelebihan pasokan itu tidak mungkin segera berakhir karena tingkat produksi kuat oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Ke-12 anggota OPEC, yang memproduksi sekitar sepertiga dari minyak dunia, melihat produksinya pada Maret naik sebesar 810.000 barel per hari menjadi rata-rata 30,79 juta barel per hari, Ang mengatakan.
"Angka produksi OPEC yang tinggi untuk Maret menyoroti bahwa masalah kelebihan pasokan minyak mentah masih ada," katanya kepada AFP. Harga minyak mentah jatuh lebih dari 50 persen antara Juni dan Januari akibat kelebihan pasokan dan permintaan yang lemah.