Kamis 16 Apr 2015 19:38 WIB

Terkait Merger Bank, Komut BRI: Kami Dukung Penolakan Wapres, Tapi...

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Konsolidasi Bank BUMN
Foto: Yasin Habibi/ Republika
Konsolidasi Bank BUMN

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisaris Utama BRI Mustafa Abubakar, mengatakan dalam pertemuannya dengan Wapres siang ini, keduanya menyepakati tak dilakukan penggabungan bank BUMN. Sebab, menurut dia, Wapres mengatakan merger bukan jalan yang tepat untuk memperkuat permodalan serta perbankan.

"Wapres mengatakan merger itu bukan jawaban untuk memperkuat permodalan, perbankan. Kami juga mendukung karena ternyata BRI yang masih stand alone dibandingkan Mandiri yang gabungan empat bank, ternyata BRI tidak kalah cepat tumbuhnya, sama terus dengan Mandiri. Malah dari segi keuntungan, BRI lebih tinggi dari Mandiri. Bahkan dari aset pun BRI sudah bisa mengejar," tutur dia, Kamis (16/4).

Kendati demikian, bank pemerintahan perlu saling bersinergi satu sama lain serta harus ada penegasan fokus bisnis masing-masing bank. Mustafa pun mengatakan, bank BRI dapat lebih berorientasi pada pendanaan masyarakat kecil atau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), bank Mandiri fokus pada pembiayaan infrastruktur dan industri, bank BTN berorientasi pada perumahan rakyat, serta bank BRI fokus pada perdagangan.

"Ini tadi Wapres mempertegas perlunya pembidangan atau fokus pada bidang-bidang tertentu walaupun masih juga bisa menggarap bidang lain. Supaya kompetisi ini berjalan sehat," tambah Kalla.

Sebelumnya, JK menyatakan merger (penggabungan) sejumlah bank BUMN tak perlu dilakukan. Menurut dia, jika bank BUMN digabung menjadi satu, maka pelayanan terhadap nasabah di berbagai pulau pun akan sulit dilakukan.

"Tidak. Ini negara besar. Ini 250 juta, pulaunya berapa tidak mungkin dilayani oleh hanya satu bank pemerintah. Ini jangan samakan di Singapura, Malaysia," kata Kalla di kantor Wapres, Jakarta, Kamis (16/4).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement