Kamis 16 Apr 2015 09:10 WIB

Chatib Basri: Surplus Perdagangan Indikasi Perlambatan Ekonomi

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Indah Wulandari
Muhamad Chatib Basri
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Muhamad Chatib Basri

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri meminta pemerintah untuk tetap hati-hati meskipun neraca perdagangan Maret 2015 mengalami surplus cukup besar mencapai 1,13 miliar dolar AS. Bagi Chatib, surplus ini justru menjadi indikasi perlambatan ekonomi Indonesia.

"Ada baiknya kita tetap hati-hati, mengapa? Karena surplus yang besar ini, lebih didorong oleh penurunan impor yang tajam ketimbang perbaikan ekspor," ujar Chatib melalui akun Twitter-nya @ChatibBasri, Rabu (15/4).

Chatib menjelaskan, kinerja ekspor pada Maret 2015 jika dibandingkan Maret 2015 terjadi penurunan 6,6 persen. Sedangkan impor dalam periode sama tumbuh negatif 13.3 persen.

Secara kumulatif selama kuartai I 2015  (Januari-Maret) ekspor menurun 11,67 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Begitu pula dengan impor yang turun 15,1 persen.

"Penurunan impor lebih tajam," ucap Chatib.

Pemerintah, kata Chatib, perlu hati-hati  karena komponen impor terbesar adalah barang modal dan bahan baku. Impor barang modal selama kuartal I turun 10,3 persen dan bahan baku turun 16.1 persen.

Chatib mengatakan, jika impor barang modal dan bahan baku turun, artinya perusahaan mengurangi pembelian bahan baku dan modal. Dengan begitu, produksi selama enam bulan kedepan akan turun.

"Karena itu surplus neraca perdagangan ini bisa jadi indikasi awal perlambatan pertumbuhan ekonomi," kata Chatib.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement