REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konferensi Asia Afrika ke-60 dapat menghasilkan kesepakatan politik dan ekonomi yang mengubah arah kebijakan ekonomi global. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Hendri Saparini mengatakan Indonesia perlu memperkuat diplomasi ekonomi agar mampu menjadi "motor" para negara berkembang dan negara belum berkembang untuk menyaingi pengaruh dari negara-negara maju.
"Indonesia dapat memelopori untuk membangun kekuatan politik dalam menyuarakan kebijakan-kebijakan tertentu. Tunjukkan bahwa negara-negara Asia Afrika sudah bangun kekuatan," kata dia, Selasa (14/4).
Hendri menekankan Indonesia jangan hanya terjebak dalam nostalgia peringatan Konferensi bersejarah, yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia pada 1955. Alih-alih hanya meningkatkan nilai perdagangan dan investasi saja, Indonesia juga harus dapat membangun kepercayaan bangsa Asia dan Afrika untuk menjalin kerja sama guna memperkuat pengaruh tataran ekonomi global.
"Daripada kita berkumpul hanya untuk menopang iklim investasi dan neraca perdagangan kita. Kita harus desak tatanan ekonomi global ini diubah, jangan hanya ada kebijakan terus yang merugikan perekonomian negara-negara terbelakang," ujar dia.
Sejalan dengan tujuan memperkuat diplomasi ekonomi, kata Hendri, Indonesia, yang termasuk dari lima negara di Asia dan Afrika dengan Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi, juga perlu memberikan rekomendasi kepada negara-negara belum berkembang. Misalnya, kata dia, dalam acara pertemuan bisnis Asia-Afrika pada 21 April mendatang, Indonesia perlu mendorong negara-negara belum berkembang untuk menyusun daftar positif investasi. Sehingga investasi yang masuk dapat diarahkan ke sektor-sektor prioritas pembangunan.
Asia dan Afrika merupakan dua benua dengan pangsa pasar yang mewakili 75 persen penduduk di dunia. Akumulasi PDB Asia Afrika mewakili 30 persen dari PDB dunia atau 21 triliun dolar AS. Negara-negara Asia dan Afrika juga banyak yang mewakili perekonomian raksasa di dunia, seperti Cina, Jepang, India, dan Indonesia.