REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- PT Pertamina EP Cepu (PEPC) mencatatkan volume produksi (lifting) pertama sebanyak 550.000 barel minyak mentah dari Kapal "FSO" (Floating Storage and Offloading) Gagak Rimang dan menjadi pencapaian penting dalam Proyek Lapangan Banyu Urip.
"Apalagi kinerja itu hasilkan dengan mengintegrasikan semua komponen produksi yang telah selesai dibangun sebelumnya. Seperti, jalur pipa darat sepanjang 72 Kilometer, jalur pipa laut sepanjang 23 Km, dan juga menara tambat serta FSO yang terletak di Laut Jawa," kata Direktur Utama Pertamina EP Cepu, Amril Thaib Mandailing di Surabaya, Jatim, Senin (13/4).
Menurut dia, melalui FSO Gagak Rimang maka minyak mentah dikirimkan ke kilang Pertamina RU IV di Cilacap dan RU VI di Balongan dengan menggunakan Kapal Tanker milik PT Pertamina (Persero) yaitu MT. Gunung Geulis. "Pengaturan 'lifting' ini dilaksanakan sesuai kesepakatan yang ditetapkan di Kontrak Kerja Sama (KKS) Blok Cepu tentang pembagian penjualan antara Pemerintah Indonesia dan para Kontraktor KKS Blok Cepu," paparnya.
Performa tersebut, jelas dia, sekaligus menjadi kebanggaan tersendiri bagi Pertamina EP Cepu sebagai lifter pertama bersama-sama dengan Pemerintah dan BUMD. Hal itu juga membuktikan kerja sama yang baik dengan ExxonMobil Cepu Limited.
"Pelaksanaan lifting pertama ini berjalan sesuai dengan standar operasional yang tinggi serta mengedepankan aspek kesehatan, keselamatan, dan lingkungan," ujarnya.
Ia menambahkan, sebelumnya Kontrak Kerja Sama Blok Cepu ditandatangani pada tanggal 17 September 2005 antara pemerintah dengan Kontraktor KKS yang terdiri dari Pertamina EP Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan Ampolex Pte Ltd. Keduanya merupakan anak perusahaan ExxonMobil Corporation, serta BUMD setempat. Pertamina EP Cepu memegang saham partisipasi sebesar 45 persen, EMCL dan Ampolex 45 persen, dan BUMD 10 persen. "Sementara, EMCL ditunjuk oleh para pihak sebagai Operator Blok Cepu," ucapnya.
Di sisi lain, sebut dia, Kontraktor KKS adalah kontraktor yang mengerjakan proyek hulu migas milik negara. Dalam menjalankan kegiatannya kontraktor tersebut diawasi oleh SKK Migas. Rencana pengembangan Lapangan Banyu Urip disetujui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada tanggal 15 Juli 2006. "Cadangan minyak di Lapangan Banyu Urip diperkirakan sebesar 450 MMBO," ungkapnya.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Amien Sunaryadi melanjutkan, ikut mengapresiasi terhadap lifting pertama Banyu Urip sebanyak 550.000 barel minyak mentah.
"Pada prosesi lifting pertama dari FSO Gagak Rimang, kegiatan itu dihadiri oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said. Kemudian, Direktur Utama PT Pertamina, Dwi Sutjipto dan Wakil Ketua Komisi VII DPR, Satya W Yudha," katanya.