REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat (10/4) bergerak melemah sebesar lima poin menjadi Rp 12.909 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 12.904 per dolar AS.
"Rupiah bergerak melemah namun dalam kisaran terbatas menyusul masih adanya perbedaan pandangan pejabat the Fed mengenai waktu kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate)," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada.
Menurut dia, the Fed diperkirakan belum akan menaikan suku bunganya dalam waktu dekat ini sehingga potensi nilai tukar domestik untuk kembali bergerak menguat masih terbuka. Apalagi sebagian investor pasar uang juga masih optimistis terhadap pemerintah yang akann mendorong perbaikan infrastruktur.
"Sentimen Fed fund rate yang tidak terlalu agresif dapat memberikan kesempatan bagi rupiah untuk bergerak menguat karena di tengah situasi itu permintaan dolar AS akan cenderung mereda," katanya.
Ia menambahkan bahwa sentimen juga datang dari cadangan devisa Indonesia akhir Maret 2015 tercatat sebesar 111,6 miliar dolar AS, meski lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2015 namun diperkirakan masih dapat menjaga perekonomian domestik ke depannya.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa data klaim pengangguran Amerika Serikat yang naik mendorong dolar AS kembali bergerak menguat terhadap rupiah. Namun di sisi lain, lanjut dia, Bank Indonesia diperkirakan masih memasok mata uang dolar AS untuk menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah agar tidak tertekan terlalu dalam.
Selain itu, lanjut dia, nilai surat utang negara (SUN) juga masih menguat walaupun hanya pada beberapa tenor, situasi dapat menjaga rupiah bergerak dalam kisaran yang stabil.