Jumat 03 Apr 2015 18:48 WIB

Lahan Persawahan Indonesia Terproduktif se-Asia

Rep: c 84/ Red: Indah Wulandari
Dua orang petani memanen padi yang tersisa dari sawahnya yang mengalami puso di Desa Bokor, Tumpang, Malang, Jawa Timur, Kamis (23/2). Puluhan hektare sawah di kawasan tersebut mengalami puso sehingga sejumlah petani tak dapat menikmati kenaikan Harga Pemb
Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Dua orang petani memanen padi yang tersisa dari sawahnya yang mengalami puso di Desa Bokor, Tumpang, Malang, Jawa Timur, Kamis (23/2). Puluhan hektare sawah di kawasan tersebut mengalami puso sehingga sejumlah petani tak dapat menikmati kenaikan Harga Pemb

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Indonesia berpotensi besar dalam hal lahan persawahan produktif. Hal ini diungkapkan langsung oleh Organisasi pangan dan pertanian dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

Bahkan, Assistant FAO Representative Indonesia Ageng Setiawan Herianto mengatakan, Indonesia mempunyai lahan persawahan padi terproduktif di Asia dengan totoal luas lahan sawah yang mencapai angka 4,9 juta hektar.

Dengan lahan seluas itu, ia menilai target swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah seharusnya mampu terwujud asalkan mampu membenahi saluran irigasi yang tidak berfungsi normal.

"Saya kira kalau lahan yang ada diperuntukan dengan benar akan cukup (mencapai swasembada)," ujarnya, akhir pekan lalu.

Ia menambahkan, dari 4,9 juta hektar lahan persawahan yang ada di Indonesia, sekitar 52 persennya tidak memiliki saluran saluran irigasi yang berfungsi normal.

Ia menilai jika 52 persen saluran irigasi yang rusak mampu diperbaiki, maka keinginan pemerintahan Jokowi akan swasembada pangan dapat terealisasi.

Meski ia katakan, Indonesia memiliki produktivitas tertinggi di Asia, namun dalam dua atau tiga tahun terakhir predikat ini diambil Vietnam.

Lantaran Vietnam mampu mengubah keterbatasan lahan sawahnya yang tidak sebesar Indonesia dengan cara melakukan sistem pertanian intensif yang menekankan adanya frekuensi pemupukan.

Ageng menambahkan, penggunaan pupuk di Vietnam jauh lebih tinggi daripada yang terjadi di Indonesia.

"Vietnam, masalah penggunaan pupuk jauh lebih banyak dan merata, kalau kita pupuknya banyak di nitrogen. Padahal lahan mereka lebih kecil," sambungnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement