Jumat 03 Apr 2015 13:43 WIB

LPS: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dipertahankan di 5,3 Persen

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Lembaga Penjamin Simpanan
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Lembaga Penjamin Simpanan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis laporan analisa stabilitas dan sistem keuangan perbankan triwulan I 2015, Rabu (1/4).

Sekretaris LPS Samsu Adi Nugroho mengatakan, proyeksi pertumbuhan ekonomi 2015 dipertahankan di level 5,3 persen. Proyeksi rata-rata inflasi sebesar 6,3 persen atau turun dari proyeksi Desember 2014 yang sebesar 7,2 persen.

“Proyeksi BI rate pada akhir tahun di level 7,5 persen atau turun dari 8 persen pada proyeksi sebelumnya,” kata Samsu seperti dikutip dari situs resmi LPS.

Samsu menambahkan, rupiah diperkirakan menghadapi tekanan yang lebih kuat dibanding perkiraan sebelumnya. Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tahun 2015 diproyeksikan sebesar Rp 12.900 per dolar AS. Proyeksi tersebut melemah dari proyeksi Desember 2014 sebesar Rp 12.294 per dolar AS.

Sementara, rata-rata imbal hasil (yield) surat utang negara (SUN) bertenor 10 tahun diproyeksikan sebesar 7,7 persen pada tahun ini atau menurun dari 9 persen proyeksi Desember 2014. Hal itu disebabkan perkiraan trayektori inflasi yang lebih rendah dan appetite global yang tinggi.

Untuk mengukur stabilitas nilai tukar, lanjutnya, LPS melakukan estimasi nilai tukar fundamental. Dari empat model nilai tukar fundamental yang diestimasi, model komposit dinilai memiliki kriteria teoritis dan statistik yang paling baik.

Dengan menggunakan data Januari 2015, nilai tukar fundamental rupiah terhadap dolar AS diestimasi berada di Rp 11.978 per dolar AS. Dengan demikian, posisi nilai tukar pada bulan Januari 2015, yaitu Rp 12.579 per dolar AS undervalued sebesar 5 persen.

Selain itu, tingginya interest margin bank merupakan salah satu indikator country risk yang dapat berdampak kepada kenaikan biaya dana (cost of fund). Menurutnya, economics of scale diperlukan agar bank dapat memberikan pricing produk yang lebih efisien. “Dibutuhkan campur tangan otoritas untuk mendorong perbankan agar melakukan akselerasi konsolidasi dan meminimalkan efek negative,” imbuhnya.

LPS juga memperkirakan risiko industri perbankan Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari Indeks Stabilitas Perbankan (Banking Stability Index, BSI) LPS yang naik sebesar 53 bps dari 100,10 pada Januari 2015 menjadi 100,63. Sesuai kategori skala observasi Crisis Management Protocol (CMP) angka BSI saat ini masih berada pada kondisi normal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement