Rabu 01 Apr 2015 21:11 WIB

BI: Inflasi Maret 0,17 Persen

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Inflasi Maret 2015: Aktivitas jual beli bahan makanan di Pasar Rumput, Jakarta, Rabu (1/4).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Inflasi Maret 2015: Aktivitas jual beli bahan makanan di Pasar Rumput, Jakarta, Rabu (1/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia mencatat terjadinya inflasi sebesar 0,17 persen (mtm) atau 6,38 persen (yoy) pada Maret 2015. Maret tercatat inflasi setelah Indonesia mengalami deflasi pada dua bulan pertama 2015.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan, inflasi Maret 2015 terutama bersumber dari kelompok administered prices.

Menurutnya, secara umum inflasi pada bulan Maret terkendali, ditopang oleh kelompok volatile food yang masih mengalami deflasi, dan inflasi inti yang melambat. Bank Indonesia menilai perkembangan inflasi ini masih sejalan dengan pencapaian sasaran inflasi 4,0 plus minus 1 persen pada 2015.

"Inflasi administered prices tercatat sebesar 0,83 persen (mtm) atau 11,49 persen (yoy), meningkat dari dua bulan sebelumnya yang secara berturut-turut mengalami deflasi," jelas Tirta dalam siaran pers, Rabu (1/4).

Tirta menjelaskan, inflasi administered prices terutama didorong oleh kenaikan harga bensin premium, solar, LPG 12 kg, serta harga bensin pertamax. Kenaikan harga tersebut dipengaruhi kenaikan harga minyak dunia dan pelemahan nilai tukar rupiah. Sementara itu, kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar minus 0,83 persen (mtm) atau 5,87 persen (yoy), lebih rendah dari deflasi bulan sebelumnya sebesar minus 1,69 persen (mtm).

Tirta menambahkan, penyumbang terbesar deflasi adalah aneka cabai yang sedang mengalami panen di berbagai daerah, serta daging ayam ras dan telur ayam ras. Sementara, inflasi beras sedikit menurun dibandingkan bulan lalu karena mulai memasuki musim panen di berbagai daerah dengan puncak masa panen raya diperkirakan terjadi di bulan April.

Di sisi lain, perkembangan inflasi inti masih menurun dari bulan lalu yang sebesar 0,34 persen (mtm) menjadi 0,29 persen (mtm) atau 5,04 persen (yoy). Hal itu dipengaruhi permintaan domestik yang masih moderat dan ekspektasi inflasi yang terkendali serta penurunan harga komoditas global non minyak.

"Bank Indonesia terus mencermati berbagai faktor risiko yang dapat mempengaruhi inflasi, baik yang bersumber dari kelompok volatile food maupun dari administered prices, terutama terkait dengan perkembangan harga minyak dunia," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement