REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis terjadinya inflasi sebesar 0,17 persen pada Maret 2015. Kepala BPS Suryamin mengatakan inflasi dipengaruhi indikator makro seperti nilai tukar rupiah.
"Melemahnya rupiah mempengaruhi tapi seberapa besarnya harus diteliti lagi," ujarnya di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (1/4).
Terkait perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP), Suryamin mengatakan telah terjadi penurunan NTP di semua sektor pada Maret 2015 sebesar 101,53 atau 0,64 persen. Sementara NTP pada Februari sendiri tercatat berada di angka 102,19.
Penurunan NTP ini dikarenakan Indeks Harga yang diterima petani turun sebesar 0,23 persen, sedangkan Indeks Harga yang dibayaar petani naik menjadi 0,42 persen.
"Artinya petani menjual harga tidak tinggi-tinggi sekali tapi saat dia membeli bahan-bahan pokok naiknya lebih cepat," lanjutnya.
Jawa Timur menjadi provinsi yang mengalami penurunan NTP terbesar dengan 1,75 persen. Sedangkan yang mengalami kenaikan tertinggi ialah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan 1,28 persen dibandingkan NTP provinsi lain.
Ia menambahkan, selama Maret juga terjadi inflasi pedesaan sebesar 0,48 persen yang dikarenakan naiknya indeks seluruh kelompok konsumsi di Indonesia.
Suryamin melanjutkan, rata-rata harga beras kualitas premium di tingkat penggilingan naik sebesar 1,08 persen atau Rp 9.459.49 per kg pada Maret 2015. Sementara harga rata-rata harga beras medium di tingkat penggilingan naik sebesar 0,50 persen atau Rp 9.298.25 per kg. Untuk rata-rata harga beras kualitas rendah di tingkat penggilingan sebesar Rp 8.855.47 per kg atau naik sebesar 0,20 persen.