REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Sentral Asia Tbk menggunakan kartu sebagai infrastruktur layanan Laku Pandai. Kartu dinilai lebih mudah bagi masyarakat yang belum mengenal teknologi handphone dan wilayah yang infrastruktur telekomunikasinya kurang memadai.
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, dengan program Laku Pandai memberi kesempatan perbankan untuk masuk di daerah plural dan remote area. Termasuk daerah yang dianggap tidak tidak bankable.
"Kita harus masuk ke remote dan plural area, bagaimana memberikan produk yang mudah, kami hanya menyediakan kartu, namanya Laku juga," kata Jahja dalam konferensi pers di kantor pusat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jakarta, Kamis (26/3).
Jahja menjelaskan dengan menggunakan kartu akan memberikan kemudahan dan meningkatkan literasi keuangan. Menurutnya, penetrasi bukan hanya menjual produk tapi juga meng-upgrade pengetahuan masyarakat yang tidak bankable menjadi bankable. Seperti cara mengelola keuangan, produk bank, financial segmen, dan lain-lain. Sehingga masyarakat tidak hanya tahu soal keluar masuk uang tapi juga mendalami produk keuangan. Kartu tersebut dijual seharga Rp 2.000 per buah.
"Kartu itu mudah, kalau pakai handphone masih tanda tanya, kalau kartu sangat mudah dibawa kemana-mana. Itu diharapkan bisa menggairahkan, tidak perlu handphone, cukup beli kartu," imbuhnya.
Produk Laku Pandai BCA, lanjutnya, dimulai dari menabung atau basic saving account, kemudian akan dikembangkan produk mikro dan sebagainya. Terkait target, BCA menargetkan terdapat tambahan 19-20 juta costumer dalam dua sampai tiga tahun ke depan.