Kamis 26 Mar 2015 15:00 WIB

BSB Selektif Pilih Sektor Pembiayaan

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Satya Festiani
 Teller menghitung rupiah di banking hall Bank Syariah Bukopin (BSB) di Jakarta, Rabu (21/1). ( Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Teller menghitung rupiah di banking hall Bank Syariah Bukopin (BSB) di Jakarta, Rabu (21/1). ( Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurangnya baiknya kondisi ekonomi nasional sepanjang 2014 membuat Bank Syariah Bukopin (BSB) lebih selektif memilih sektor yang dibiayai.

Usai Rapat Umum Pemegang Saham, Direktur Utama BSB Riyanto mengatakan, dengan kondisi ekonomi politik saat ini, sektor usaha terkena dampak. BSB akan meningkatkan kehati-hatian, terutama untuk nasabah pembiayaan baru.

''Sektor yang dipilih pun lebih dipertajam dan dipilih yang lebih tahan dengan kondisi saat ini. Sudah ada beberapa sektor yang dikurangi dan dihentikan pembiayaannya,'' ungkap Riyanto, Kamis (26/3).

Ada beberapa sektor usaha target yang disasar BSB yakni kesehatan, pendidikan, properti, transportasi, manufaktur, perdagangan, jasa, dan usaha. Bisnis seperti batu bara dan tambang sudah dihentikan sejak lama sementara pembiayaan konsumer kendaraan juga dibatasi.

Kinerja keuangan BSB per Desember 2014, NPF BSB masih sekitar empat persen. Sebabnya, ada pembiayaan bermasalah dari nasabah besar yang melakukan sindikasi dan pembiayaannya sekitar 50 persen dari total pembiayaan.

''Sudah dilakukan restrukturisasi dan bulan depan sudah bisa dicatatkan sebagai nasabah dengan kolektabilitas yang baik. Kami sedang menunggu izin pencatatan. Setelah itu diharapkan NPF bisa membaik,'' tutur Riyanto.

Riyanto menyebut tekanan likuiditas jadi salah satu penyebab. FDR sendiri 95 persen dan CAR masih terjaga 15,6 persen.

Tambahan modal Rp 200 miliar dari induk juga membuat modal BSB saat ini meningkat menjadi sekitar Rp600 miliar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement