REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) Prasetio membantah pernyataan DPR RI yang menyebut bahwa mesin pencetak rupiah sedang mengalami kerusakan. Menurutnya, semua mesin dalam keadaan prima.
"Tidak benar. Sudah diperika kondisinya, semuanya bagus," ujar Prasetio saat dihubungi ROL, Selasa (24/3).
Ia juga menampik anggapan yang memandang bahwa merosotnya nilai tukar mata uang nasional belakangan ini lantaran ketidakmampuan percetakan uang negara dalam memenuhi permintaan uang dari Bank Indonesia (BI). Menurut dia, tak ada korelasi antara mesin cetak rusak dengan anjloknya nilai tukar rupiah.
"Itu tidak ada hubungannya," kata Prasetio.
Justru, dia menyebut bahwa saat ini produksi Peruri sedang tinggi-tingginya. Meski demikian, Prasetio enggan menyebut berapa banyak rupiah yang diproduksi Peruri setiap harinya.
"Lebih baik lihat sendiri ke pabrik," ucap dia.
Sebelumnya, anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan merosotnya nilai tukar rupiah saat ini disebabkan oleh ketidakmampuan percetakan uang negara memenuhi permintaan Bank Indonesia (BI) soal kebutuhan uang.
Sufmi menduga, hal itu terjadi lantaran mesin pencetak rupiah mengalami kerusakan. Menurutnya, silinder utama mesin pencetakan uang milik percetakan negara mengalami retak, sehingga tak maksimal melakukan pencetakan.
"Ini saya ungkapkan agar bisa ditindak lanjuti lintas komisi," kata dia, saat menyampaikan pendapat dalam sidang paripurna ke-22 anggota DPR RI, Senin (23/3).