Ahad 22 Mar 2015 18:00 WIB

Target Tambah 35 Ribu Pasokan Listrik Dianggap Terburu-buru

Rep: c85/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas PLN memeriksa kabel jaringan listrik di kawasan Kota Tua, Jakarta, Selasa (27/1).
Foto: Antara
Petugas PLN memeriksa kabel jaringan listrik di kawasan Kota Tua, Jakarta, Selasa (27/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Target pemerintah untuk menambah pasokan energi listrik sebesar 35 ribu megawatt dalam lima tahun ke depan dianggap terburu-buru. Hal ini disampaikan oleh anggota Dewan Penasihat Masyarakat Kelistrikan Indonesia, Herman Daniel. Herman sendiri merasa pesimis bila target ini dapat tercapai pada 2019 mendatang.

"Sebenarnya bangun cepat itu baik. Tapi membangun dengan buru-buru itu tidak baik," jelas Herman, Ahad (22/3).

Herman beranggapan, pembangunan pembangkit listrik untuk memenuhi target 35 ribu Megawatt idealnya baru bisa terpenuhi pada 2020, bukan 2019 seperti target pemerintah. Dia menambahkan, dalam menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU saja membutuhkan waktu lebih dari 4 tahun.

"Selesaikan PLTU saja 4 tahun belum termasuk tendernya, belum cari uang. Kalau 2015 enggak mungkin selesai 2019," ujar Herman.

Belum lagi, lanjut Herman, dengan kondisi poltik ekonomi dalam negeri yang saat ini tidak kondusif. Bila terhambat di masalah politik, Herman menilai realisasi program 35 ribu Mw akan terhambat.

Sebelumnya, untuk mencapai target 35 ribu megawatt salah satu ide pemerintah adalah dengan membangun PLTU batu bara mulut tambang.  Batu bata dengan kalori rendah akan digunakan sebagai bahan bakar PLTU. Proyek ini dinilai lebih ekonomis dan efisien dari segi anggaran.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement