REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Kurs dolar AS terus melemah terhadap mata uang utama lainnya pada Jumat (Sabtu pagi WIB, 21/3), karena investor masih mencerna pernyataan Federal Reserve yang "dovish" .
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 1,41 persen menjadi 97,858 pada akhir perdagangan dan dolar berada di jalur untuk penurunan mingguan pertama dalam lima pekan terakhir. Bank sentral menghapus janji tetap "bersabar" tentang menaikkan suku bunga dalam pernyataan yang dirilis Rabu setelah pertemuan kebijakan dua hari.
Namun, Ketua The Fed Janet Yellen menekankan dalam konferensi pers berikutnya bahwa "hanya karena kami menghapus kata bersabar dari pernyataan tidak berarti kami akan menjadi tidak sabar."
The Fed juga mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi AS telah "agak moderat" sejak Januari dan mengatakan bahwa "peningkatan kisaran target untuk tingkat suku bunga federal funds tetap tidak mungkin pada pertemuan April."
Para analis mengatakan dolar AS berada di bawah tekanan karena pengumuman mengisyaratkan bahwa ekspektasi secara luas kenaikan suku bunga pada Juni sebagian besar "jatuh dari meja".
Di sisi ekonomi, ekspektasi inflasi bisnis tahun depan tercatat 1,7 persen pada Maret, survei ekspektasi inflasi bisnis terbaru Federal Reserve Cabang Atlanta yang dirilis pada Jumat, menunjukkan.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0811 dolar dari 1,0638 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,4941 dolar dari 1,4714 dolar. Dolar Australia naik menjadi 0,7776 dolar dari 0,7624 dolar. Dolar AS dibeli 120,17 yen Jepang, lebih rendah dari 120,96yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun tipis menjadi 0,9765 franc Swiss dari 0,9911 franc Swiss, dan turun menjadi 1,2578 dolar Kanada dari 1,2738 dolar Kanada.