REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) meyakini defisit transaksi berjalan di kuartal I tahun 2015 masih dapat ditekan di bawah 2 persen dari PDB. Hal itu akan tercapai meski nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan.
"Defisit transaksi berjalan membaik di kuartal I-2015, masih sekitar 1,8 persen dari PDB," ujar Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung, di Jakarta, Jumat (20/3).
Ia mengatakan, meski defisit transaksi berjalan di kuartal I diprediksi membaik, hal tersebut tidak dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang kencang. "Namun pertumbuhan ekonomi kita masih belum tinggi, masih di sekitar 5 persen. Yaa segitulah," tukas Juda.
Sebelumnya ditempat terpisah dirinya pernah mengatakan, bahwa perkiraan defisit transaksi berjalan dapat ditekan dibawah 2 persen. Hal itu disebabkan belum adanya realisasi proyek infrastruktur yang terealisasi oleh pemerintah Joko Widodo. "Karena belum ada proyek infrastruktur karena masih lelang," ucap Juda.
Defisit transaksi berjalan dapat ditekan di angka tersebut lantaran ekpor yang diprediksi akan meningkat dan impor menurun. Hal ini sejalan dengan melemahnya rupiah yang sempat menginjak level Rp 13.200 per dolar AS, sehingga berdampak pada peningkatan ekspor.
Sebagaimana diketahui, di sepanjang tahun 2014, defisit transaksi berjalan mengalami penurunan dari 29,1 miliar dolar AS atau 3,18 persen PDB di 2013, menjadi 26,2 miliar dolar AS atau 2,95 persen dari PDB di 2014.
Berdasarkan data BI, pada triwulan I-2014 defisit transaksi berjalan mencapai 4,1 miliar dolar AS (1,97 persen PDB), lalu di triwulan II-2014 sebesar 8,9 miliar dolar AS (3,97 persen PDB). Sementara di triwulan III-2014 mencapai 6,9 miliar dolar AS (2,99 persen PDB) dan di triwulan IV-2014 sebesar 6,1 miliar dolar AS (2,81 persen PDB).
Maka dengan demikian total defisit transaksi berjalan di sepanjang 2014 sebesar 26,2 miliar dolar AS (2,95 persen PDB) turun dari 29,1 miliar dolar AS (3,18 persen PDB) di 2013.