Kamis 19 Mar 2015 19:57 WIB

BI: Rupiah Menguat Nomor Dua Tertinggi di Asia

Rep: C87/ Red: Indira Rezkisari
Rupiah Semakin Melemah: Teller menghitung uang rupiah di Banking Hall Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (11/3).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Rupiah Semakin Melemah: Teller menghitung uang rupiah di Banking Hall Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (11/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bank Indonesia menyambut baik kebijakan The Fed menunda kenaikan suku bunga yang semula April 2015. Langkah tersebut dinilai membuat nilai tukar dolar AS melemah terhadap semua mata uang di dunia, dan membuat rupiah menguat terhadap dolar.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah berada di level Rp 13.008 per dolar AS pada Kamis (19/3) atau menguat 156 poin dibandingkan Rabu (18/3) yang berada di posisi Rp 13.164 per dolar AS dan menguat 201 poin dibandingkan Rp 13.209 pada Selasa (17/3).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan, selama tiga hari berturut-turut rupiah menguat terhadap dolar AS. Bahkan, pada Kamis, rupiah menguat nomor dua tertinggi di Asia setelah won Korea. Won menguat 1,7 persen, sedangkan rupiah menguat 1,2 persen terhadap dolar AS.

"Bank Indonesia tetap posisinya stand kebijakannya bisa ketat, karena BI mandatnya menjaga stabilitas nilai rupiah, jadi kita tetap dengan stand kebijakan moneter masih ketat," kata Tirta, Kamis (19/3).

Namun, menurutnya hal itu bukan berarti likuiditas di pasar kekurangan, sebab BI akan menjaga likuiditas terpenuhi. Tirta menekankan BI akan tetap berada di pasar untuk menjaga volatilitas. Dengan stand kebijakan moneter BI yang ketat, BI tetap menjaga sasaran inflasi di level 4 plus minus 1 persen pada 2015 dan menjaga defisit transaksi berjalan (CAD) mencapai 2,5 persen.

"Kalau ada gejolak lagi kita intervensi," imbuhnya.

Meski demikian, Tirta belum bisa memastikan apakah rupiah akan terus menguat terhadap dolar AS. Sebab, setiap hari ada transaksi di pasar dan fluktuasi di pasar biasa bergerak naik turun. Sehingga, BI menjaga agar jika rupiah bergerak melemah tidak terlalu melemah.

"Apakah ini akan terus menguat saya belum tahu, tapi kalau lihat trennya membaik," jelasnya.

Gubernur The Fed Janet Yellen telah mengumumkan penundaan kenaikan suku bunga yang mestinya April, tapi tidak bisa memastikan kenaikannya pada Juni. Besaran suku bunga dimungkinkan bisa lebih rendah dari semula 1,125 persen menjadi 0,625 persen pada akhir 2015. Yellen juga menarik kata sabar dalam pernyataannya. Untuk menaikkan suku bunga, The Fed masih menunggu angka tenaga kerja membaik dan inflasi AS berada pada 2 persen. Akibat pidato Yellen ini, dolar AS melemah terhadap semua mata uang.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement