REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau perbankan fokus pada penyaluran pembiayaan di sektor industri produktif. Namun, tetap mewaspadai isu pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, perbankan masih harus tetap waspada karena perkembangan ekonomi masih dipengaruhi berbagai macam dinamika global dan domestik. Menurutnya perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sedikit membaik diharapkan tidak membuat pemerintah lengah.
OJK menilai kondisi industri keuangan nasional dalam posisi yang baik, memiliki daya serap yg baik terhadap berbagai macam risiko yang muncul. Hal itu direfleksikan dengan kemampuan modal yang dianggap positif.
"Saya harap industri keuangan kita tidak hanya fokus pada rupiah tapi memberikan perhatian dalam meningkatkan pembiayaan agar pertumbuhan ekonomi bisa didorong," kata Muliaman di kantor pusat OJK Jakarta, Kamis (19/3).
Menurutnya, target pertumbuhan kredit sebesar 16-18 persen pada akhir tahun 2015 jika bisa dicapai akan menjadi prestasi luar biasa. Oleh sebab itu, Muliaman mengimbau perbankan mempersiapkan agar bisa mencapai target tersebut.
"Bisa kita lakukan tahun ini, OJK akan mengawal secara dekat, kita akan cari sumber-sumber pembiayaan yang produktif terutama dalam bentuk modal kerja dan investasi," imbuhnya.
Dalam rencana bisnis perbankan, diperkirakan mayoritas kredit yang diberikan ditujukan pada sektor produktif. Hal itu untuk mendukung kegiatan perekonomian dan target pertumbuhan ekonomi 5,7 persen pada akhir 2015.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah berada di level Rp 13.008 per dolar AS pada Kamis (19/3) atau menguat 156 poin dibandingkan Rabu (18/3) yang berada di posisi Rp 13.164 per dolar AS.